🍭 Twelve

184 50 7
                                    

Evanescent

.

.

.


Selanjutnya Yoshi nekat mengantarku pulang kerumah. Aku semula menolak, aku takut ibu tiriku melihat dirinya kemudian kembali marah-marah tidak jelas.

"Nanti mamaku marah chi" itulah alasan ku padanya. Aku berharap ia mengurungkan niatnya. Tapi yang memintaku kali ini adalah tuan yoshinori, orang paling keras kepala yang pernah aku kenal. Aku bahkan ragu dia akan mendengarkan alasan itu.

"Biarin aja, aku mau tau apa reaksinya" benar kan, dia sangat keras kepala. Dia terus saja menarik tanganku ke mobilnya. Sekarang dia seperti ingin menculikku. Tolong, aku diculik.

Akhirnya aku pasrah saja. Semoga setelah ini tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Didalam perjalanan, dia hanya diam saja. Seolah sedang memikirkan sesuatu. Aku enggan bertanya, aku memilih diam saja menatap jalanan.

Sesampai nya dirumahku, ia memarkirkan mobil di halaman. Membukakan pintu mobil untukku, kembali meraih tanganku dan menggandengku ke pintu depan. Aku menatapnya heran, dia mau mati ya? Chi kalo mau mati, mati aja sendiri. Jangan ajak-ajak aku.

Dia mengetuk pintu depan dengan pelan. Dengan tangan kanan masih menggenggam tanganku. Sungguh aku sangat cemas, aku takut dimarahi lagi.

Deg! Pintu terbuka menampilkan sosok mama tiriku dengan raut wajah yang sangat tidak bersahabat. Dia menatapku dan Yoshi bergantian dengan tatapan tajam. Sungguh aku sangat takut. Saking takutnya aku sampai beringsut bersembunyi dibelakang Yoshi. "chi aku takut" bisikku sangat pelan.

Namun perlakuan Yoshi berikutnya membuatku semakin takjub dengan makhluk tuhan yang satu ini. Dia melambai ramah kepada mama tiriku itu. Kemudian berucap "hai tante, aku Yoshi" dia tersenyum sangat lebar. Kemudian sedikit mendekat ke arah mama tiriku, namun masih menggenggam tanganku. "Sugar daddy nya anak tante" kulihat dia tersenyum miring, kemudian kembali menjauh. Baru kulihat Yoshi tersenyum selicik itu.

Detik berikutnya perubahan ekspresi terpampang di wajah mamaku itu. Ralat, mama tiri. Aku tak sudi menyebut dia mamaku. Dia terlihat sedikit kelabakan menatap Yoshi. Yoshi sudah menghilangkan ekspresi licik itu. Namun wanita ini masih terlihat takut.

Beberapa puluh detik tejadi kebekuan disana, hingga akhirnya papa muncul dari dalam rumah. Merangkul Yoshi dengan hangat mengajak masuk kedalam, tak lupa juga diriku. Mengabaikan si nenek lampir yang merangkap jadi manusia itu di ambang pintu. Ku lihat papa sangat akrab dengan Yoshi.

Di tengah suasana hangat yang terjadi, ternyata ada oknum yang panas guys. Aku ingin tertawa, aku semakin berlaku manja kepada papa. Dia semakin menatapku sinis. Setelah ini aku tak peduli lagi apa yang terjadi.

***

Evanescent (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang