Chapter 3 : Wanita itu...

24.8K 1.5K 8
                                    

Happy Reading••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Di dalam lift yang akan mengantarkannya ke ruangannya di lantai sembilan, Aldrine fokus berkutat dengan ponselnya.

Saat di lantai dua, lift berhenti dan masuklah seorang karyawan wanita yang langsung membelakanginya. Karena terlalu fokus pada ponselnya Aldrine tak menyadari ada seseorang masuk ke dalam lift tersebut.

Saat tiba di lantai empat masuk lah empat orang karyawan pria yang membuat wanita itu terdorong ke belakang dan berdiri tepat di hadapan Aldrine. Karyawan-karyawan pria tersebut menyapa hormat pada Aldrine.

Aldrine menanggapinya hanya dengan senyuman.

Sebenarnya bisa saja Aldrine menggunakan lift khusus untuk atasan dan jajaran direksi lainnya tapi entah kenapa Aldrine ingin menggunakan lift lainnya.

Aldrine memperhatikan wanita yang berdiri tepat dihadapannya dari belakang. Wangi vanilla yang begitu manis menusuk indera penciumannya mengingatkan Aldrine pada seseorang yang ia kenal. Tunggu! Apa Aldrine mengenal wanita dihadapannya? Bukankah ada jutaan wanita di luaran sana yang juga menggunakan parfum yang sama?

Aldrine mengamati penampilan wanita itu dari atas ke bawah, baru saja Aldrine akan memegang bahu wanita itu untuk memastikan apa mungkin ia mengenalnya, wanita itu keluar dari lift di lantai tujuh, lantai divisi pemasaran berada.

***

Setibanya di lantai tujuh setelah mengambil berkas penting yang diminta Pak Harry di bagian administrasi di lantai dua, Ghea pun segera menuju ruangan Pak Harry dan langsung menyerahkan berkas tersebut padanya.

Setelah itu Ghea kembali ke meja kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya. Ketiga sahabatnya dan karyawan lainnya pun tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ghea tersenyum saat melihat foto Alea dan juga Benny yang ia letakkan dalam beberapa figura kecil di meja kerjanya.

Ghea mengusap-usap foto Alea yang tengah tersenyum lebar. Foto tersebut diambil saat Alea berusia tiga tahun.

Alea adalah semangat hidupnya. Alea adalah alasan Ghea sanggup bertahan sejauh ini. Alea adalah dunianya, prioritas utamanya dan segalanya baginya.

***

Seperti biasanya saat jam makan siang, Ghea mendengarkan ketiga sahabatnya mengobrol dengan topik pembicaraan masih sama seperti kemarin, mengenai Aldrine.

Ghea memutar bola matanya jengah tapi di satu sisi ia juga penasaran pada sosok Aldrine yang tengah jadi bahan perbincangan. Ghea pernah melihat wajahnya sekilas tidak terlalu jelas.

"Ghe, Dit, Nes, liat deh bukannya itu Pak Aldrine?" Puteri memicingkan matanya guna memperjelas penglihatannya.

Ketiganya pun menoleh ke arah yang Puteri tunjukan dan benar saja, ternyata Aldrine lah yang tengah berada di sana dengan beberapa atasan dari divisi lainnya.

It's My Fault [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang