Happy Reading
•
•Aldrine tengah sibuk mempelajari berkas yang Devan berikan padanya. Saat akan meminum minuman hangat dari cangkir dihadapannya yang tadi dibuatkan staff office boy, ternyata cangkirnya sudah kosong.
Tatapan Aldrine pun beralih pada meja bar. Entah kenapa ia merindukan Ghea. Ralat! bukan merindukan Ghea tapi merindukan kopi buatan Ghea. Biasanya di jam-jam seperti ini Ghea akan datang hanya untuk membuatkan kopi untuknya.
Aldrine melangkah menuju meja bar. Semenjak Ghea tidak lagi datang ke ruangannya, baru hari ini Aldrine menginjakkan kakinya di meja bar lagi.
Aldrine pun meracik kopinya sendiri seperti sedia kala sebelum Ghea yang melakukannya. Sesekali sekelebat bayangan Ghea yang tengah meracik kopi melintas dipikirannya.
"Apa yang kau cari Ghea?"
"Saya... mencari kopi yang akan saya seduh."
"Bukan kopi seperti itu yang aku inginkan."
Aldrine tersenyum samar kala teringat pertama kali dirinya meminta Ghea membuatkan kopi untuknya.
"Perhatikan dengan seksama Ghea, karena setelah ini aku hanya ingin minum kopi jika kau yang membuatnya."
Aldrine pun membuktikan ucapannya karena hingga saat ini ia tidak lagi minum kopi saat di kantor. Staff office boy hanya akan membawakannya teh hangat atau air putih saja.
Selesai dengan racikan kopinya, entah kenapa rasa kopinya terasa berbeda, tidak seperti buatan Ghea meski takarannya sama, kualitas biji kopi yang Aldrine gunakan juga sama. Padahal Aldrine sendiri lah yang mengajari Ghea caranya meracik kopi dengan mesin kopi.
Dengan memberanikan diri, Aldrine menghubungi Pak Harry hanya untuk meminta Ghea ke ruangannya, membuatkan kopi untuknya.
"Selamat sore Pak Aldrine, ada yang bisa saya bantu?"
"Sore Pak Harry. Bisa kah Ghea ke ruangan saya? Ada hal yang ingin saya—"
"Mohon maaf Pak Aldrine, sudah dua hari Ghea tidak masuk. Dia sakit."
"Apa?" kaget Aldrine. "Baik. Terima kasih informasinya Pak Harry."
Aldrine pun mengakhiri sambungan telponnya. Aldrine yakin Ghea sakit akibat hujan-hujanan tempo hari.
***
Aldrine tiba di bahu jalan di depan rumah sederhana milik Ghea. Dia melirik parcel buah yang ia letakkan di jok sisi sebelahnya.
Setelah mengetahui Ghea sakit, tanpa pikir panjang Aldrine langsung keluar dari kantor dan menuju toko buah-buahan segar, membelikan buah untuk Ghea. Ya, ia melakukannya sendiri tanpa bantuan sekretarisnya atau asisten lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Fault [END]
عاطفيةImpian terbesar dalam hidup Ghea Adinda, wanita sederhana dan biasa-biasa saja selain menjadi Dokter yang merupakan impiannya sedari kecil, Ghea juga ingin mewujudkan impiannya yang cukup klise yakni menjalin kasih dengan pria yang ia cintai lalu me...