Chapter 31 : A promise

17.4K 1K 19
                                    

Happy Reading••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Lima belas menit setelah Aldrine dan Gisel tiba di bandara, tak lama Axel dan Karin pun tiba dari Sumba.

Aldrine tersenyum hangat seraya menghampiri Papa dan Mama nya dan berhamburan memeluk mereka bergantian dan menanyakan kabar mereka.

Gisel pun melakukan hal yang sama.

"Loh, Celine nggak ikut Ma?" tanya Aldrine pada Karin setelah melepaskan pelukannya.

"Celine sedang ada acara kemah di di sekolah jadi dia tidak bisa ikut. Saat liburan sekolah tiba, dia baru akan ke Jakarta. Kau tahu Al, dia sudah sangat merindukanmu," jawab Karin.

"Al juga sudah sangat merindukan Celine," balas Aldrine membayangkan wajah cantik adik perempuannya yang kini beranjak remaja.

"Kalian berdua baik-baik saja kan?" tanya Axel.

Aldrine dan Gisel mengangguk sebagai jawaban.

"Papa sungguh sangat tidak sabar mendengar kabar bahagia dari kalian mengenai generasi penerus kamu Al," kekeh Axel.

Aldrine dan Gisel saling melempar pandangan. Ya, Gisel memang tengah mengandung tapi anak tersebut bukanlah darah daging Aldrine.

"Sepertinya kalian harus merencanakan honeymoon lagi." Karin menyarankan karena hingga kini Gisel tak kunjung hamil.

Tak ada jawaban dari Aldrine maupun Gisel. Sungguh, keduanya merasa bersalah mendengar ucapan Axel dan Karin yang mengira pernikahan mereka baik-baik saja seperti pernikahan-pernikahan lain pada umumnya.

Aldrine bertekad akan mengatakan kejujuran pada kedua orang tuanya. Ia menunggu momen yang tepat untuk membicarakan hal ini dengan Axel.

"Nanti kita bicarakan lagi Ma, Pa..." Gisel tersenyum seolah keadaan pernikahan mereka baik-baik saja.

"Kita tunggu Karel, Jonas dan Dennis dulu. Menurut jadwal, sebentar lagi mereka akan segera tiba," jelas Gisel yang berhasil membuyarkan lamunan Aldrine.

Axel dan Karin mengangguk sebagai jawaban. Mereka bahagia karena bisa kembali berkumpul bersama putra-putrinya, menantu-menantunya serta Dennis, cucu tercintanya.

***

Dalam perjalanan pulang, mereka berbincang-bincang seperti keluarga pada umumnya yang sudah lama tidak berjumpa dengan membahas segala hal termasuk membicarakan mengenai bisnis. Sementara koper-koper dan barang lainnya berada di mobil lain yang dikemudikan oleh supir pribadi.

Mereka tertawa saat mendengar celotehan Dennis dan kepolosan Dennis, mengingatkan Aldrine pada sosok putrinya. Dennis terlihat sangat dekat dan akrab sekali dengan Nenek dan Kakeknya.

Aldrine bertanya-tanya dalam hati, jika nantinya kedua orang tuanya tahu mengenai Alea, apakah mereka juga akan menerimanya dengan mudah dan menyayanginya seperti Dennis?

It's My Fault [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang