Chapter 23 : Cukup tahu diri!

18.8K 1K 39
                                    

Happy Reading

"Shit! ternyata memasak itu tidak semudah dugaan ku." Aldrine berdecak sebal. Hanya menggoreng telur mata sapi saja ia kesulitan melakukannya. Aldrine akui ia tidak pandai memasak dan tidak pernah berkutat di dapur. Ia memang pernah sesekali membantu Mama nya memasak, tapi Aldrine hanya membantu menyiapkan bumbu-bumbunya saja, sisanya Aldrine hanya memperhatikan Mama nya menyelesaikan masakannya.

Ghea tersenyum samar menanggapinya. Ghea tahu pria sekelas Aldrine tidak mungkin pandai memasak. Wajar saja toh keseharian Aldrine memang sibuk dalam dunia bisnis bukan di dapur.

Di sana juga sudah ada seorang pelayan yang siap membantu Ghea menyiapkan makanan untuk sarapan. Terlihat pelayan itu menahan tawanya melihat tiga buah telur mata sapi buatan Aldrine yang tak hanya gosong, bentuknya pun menyedihkan dan tidak layak untuk di konsumsi.

Aldrine menghela nafas kemudian membuang telur-telur yang menyedihkan itu ke tempat sampah.

"Kenapa dibuang? itu kan masih bisa—"

"Hei kamu dan Alea akan sakit perut jika memakannya." Aldrine menyugar rambutnya. "Sebaiknya aku mandi saja dari pada menghancurkan dapur. Aku percayakan semua ini padamu," ucap Aldrine seraya tersenyum. Ia yakin sarapan yang Ghea buatkan pagi ini akan sama lezatnya seperti yang kemarin-kemarin. Aldrine sudah sangat tidak sabar ingin segera menikmati makanan buatan Ghea lagi.

Saat menaiki anak tangga, langkah Aldrine terhenti. Aldrine memperhatikan Ghea yang sibuk berkutat di dapur. Aldrine tersenyum lebar, hatinya menghangat berada di situasi seperti ini. Ghea tak ubahnya seperti seorang istri yang dengan sepenuh hati tengah menyiapkan sarapan untuk suami dan putrinya. Hal tersebut membuat Aldrine senang. Aldrine tidak ingin momen langka seperti ini berakhir dengan cepat.

Aldrine jarang sekali melihat Gisel seperti ini, bahkan setelah mereka menikah bisa dihitung dengan jari Gisel bangun di pagi hari dan membuatkan sarapan untuknya. Meski demikian, Aldrine tidak ingin membandingkan keduanya. Gisel dan Ghea berbeda. Kedua wanita itu memiliki sisi baiknya dengan caranya sendiri, serta memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

***

"Lo kemana aja Ghe, liburan kemarin?" tanya Kelvin pada Ghea sembari menyantap menu makan siangnya, nasi dan ayam woku belanga.

Ghea terkesiap, tidak mungkin juga ia mengatakan hal yang sebenarnya.

"Gue... pergi ke kampung bokap, ada acara keluarga di sana," jawab Ghea.

"Oh, Ghe besok malem bisa nggak kita makan malam di luar? Ada yang mau gue—"

"Ghe, lo udah lihat insta story gue belum pas lagi panen padi di sawah kakeknya Dita?" tanya Ines memotong ucapan Kelvin.

Kelvin pun terdiam dan melanjutkan santap siangnya mendengarkan para perempuan mengobrol.

Ghea pun mengangguk sebagai jawaban. Ghea sedih karena tidak bisa menghabiskan liburan seperti biasanya bersama mereka tapi disisi lain, Ghea juga senang karena Alea terlihat bahagia sekali bersama Aldrine dan menghabiskan waktunya bersama Aldrine.

"Kapan-kapan gue pengen ke kampung Dita lagi, gue betah di sana. Suasananya bikin gue nyaman," ujar Ines sambil menyodorkan ponsel berlogo apel miliknya pada Ghea, memperlihatkan foto-foto mereka bertiga di kampung halaman Dita.

It's My Fault [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang