27

33 6 3
                                    

Rooftop rumah adalah satu-satunya tempat yang menenangkan baggi Kevin. Hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunngu, hari dimana ia dapat melihat mamanya bahagia karena terlepas dari papanya. Sebenarnya ia juga merasa agak  bersalah karena sudah memukul Aldo tadi sore, harusnya Papa-nya yang berhak menerima rasa sakit dari  pukulan Kevin itu. Sungguh, papanya adalah saatu-satunya pria paling mengesalkan yang ia kenal. Entahlah Papanya masih bisa disebut pria atau tidak, pria mana yang mau selingkuh dan mencampakkan istrinya,

Kevin mendengarkan suara langkah kaki dari arah belakangnya, membuat Kevin menoleh ingin tahu siapa yang datang, ternyata Nadia.

"Vin lo udah agak mendingan?"

"Mendingan apanya? Bukan gue yang luka," jawab Kevin sambil memandangi langit.

"Maksud gue lo udah agak tenang?"

"Ya setidaknya sudah mendingan 20persen karena berdiri disini liatin langit," Kevin menoleh ke arah Nadia, "Tapi udah nambah 30persen karena gue ngelihatin lo barusan."

Nadia tersenyum mnedengar perkataan Aldo, "Harusnya lo ga ikut benci sama Aldo, bukan dia yang salah."

"Iya gue sadar, ga seharusnya tadi gue mukul dia."

"Iya kasihan tau, muka dia jadi ungu-ungu semua tadi," ujar Nadia.

"Maaf ya."

Nadia mengerutkan dahinya, harusnya Kevin tidak meminta mmaaf kepada dirinya, "Buat?"

"Maaf ya, gue udah buat calon pacar lo lecet, ya meskipun cuma lecet dikit sih."

"Ish apaan sihh, harusnya tadi kalian adu pukul aja terus, sama-sama ngeselin soalnya."

"Haha, tadi Aldo kok ga bales pukulan gue ya?"

"Dia najis nyentuh lo Vin."

"Ya, tapi untunglah muka gue ga lecet dan tetep ganteng."

"Dihh," ujar Nadia dengan ekspresi muka yang memandang Kevin jijik.

"Untung aja Aldo ga sampe kenapa-napa"

"Lo khawatir sama Aldo?"

"Nggaklah, gue takutnya nanti lo galau aja terus gila, lari-lari keliling komplek, hahaha," Kevin tertawa puas membuat Nadia kesal.

"Gue ga gitu ya!"

"Iya iya, gue cuma takut kalau Aldo kenapa-napa, nanti siapa yang mau nraktir gue tujuh hari tujuh malem?"

"Lah emangnya kalau Aldo meninggal gue masih bisa pacaran?" tanya Nadia, lagi-lagi ia tak mengoreksi kata demi kata yang ia ucapkan.

"Ciee kalau ga ada Aldo ga mau pacaran," ledek Kevin.

"Bukan gitu, kan lo dulunya bilang kalau gue pacaran sama Aldo harus nraktir lo."

"Ya tapi kan bisa kali pacaran yang lain, selain Aldo."

"Au ah, gue pusing ngomong sama lo," ujar Nadia mengalah tidak mau berlama-lama berdebat dengan Kevin, itu sama saja membuang-buang tenaganya.

"Dua hari lagi kita libur ya?" tanya Kevin membuka topik pembicaraan yang baru.

"Iyalah, kan hari minggu," jawab Nadia singkat, masih agak kesal dengan Kevin.

"Jalan yuk," ajak Kevin.

"Gue udah ada janji sama Aldo."

"Tuh  kan Aldo lagi, ah pasti ini udah tanda-tanda mau traktiran kan," seru Kevin dengan suara yang heboh.

"Hih lo ngeselin banget sih!" Nadia memukul lengan Kevin untuk melampiaskan rasa kesallnya yang sudah menumpuk sedari tadi.

*****

Nadia merebahkan tubuhnya di  kasur empuk miliknya, ia sangat lelah untuk hari ini. Ia membalikkan badannya lalu mengambil sebuah boneka yang duduk di sebelahnya, boneka pinguin dengan warna putih abu-abu dan muka yang sangat lucu.

"Kamu percaya gak kalau aku udah mulai luluh sama sikap Aldo?" tanya Nadia kepada bonekanya yang tidak mungkin bisa menjawab.

"Kamu percaya gak kalau aku udah mulai suka sama Aldo? Kamu percaya ga kalau aku udah mulai cinta sama Aldo? Kamu percaya gak kalau Aldo yang nyebelin mulai sekarang udah berubah menjadi Aldo yang nyenengin? Kamu percaya gak—ah maaf aku mulai banyak omong kayak Aldo," ujar Nadia tetap menatap bonekanya dengan seksama.

"Huh apa gue udah mulai stress ya? Apa gue mulai gila? Gue pengen tidur," Nadia memejamkan matanya,"Huh kenapa muka Aldo terus yang muncul."

Nadia berteriak frustasi sambil terus memeluk bonekanya, "Tolong buat aku bisa tidur dong."

"Ah kamu ga guna! Kamu malah buat aku tambah ga nyenyak tidur," Nadia meletakkan boneka itu di sampingnya. Mungkin jika saja Aldo melihat semua kelakuan Nadia sekarang, pasti ia akan diledek dan tertawa.

Nadia memang berbeda ia bisa menjadi cuek dan irit ngomong di hadapan Aldo, tapi juga bisa uring-uringan ga jelas seperti ini.

My Chatty Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang