24

31 6 1
                                    

Pergi ke sekolah tetap saja menjadi rutinitasnya, ah Nadia ingin langsung saja pergi ke masa depan, tanpa pusing-pusing untuk menjalani masa SMA yang katanya menyenangkan. Sudah beberapa bulan Nadia menjalani masa SMA-nya, tapi ia tak menemukan dimana letak keadaan yang menyenangkan.

"Hari ini lo bawa bekal Nad? Apa mau ke kantin bareng?" tanya Bela yang melihat Nadia mengeluarkan sebuah kotak, kotak yang biasanya berisi bekal dari Bunda.

"Gue tetep ke kantin kok," jawab Nadia.

"Lah itu? Lo ga bawa nasi goreng kayak biasa?" Bela menunjuk ke arah kotak bekal milik Nadia .

Nadia menggeleng, "Ini punya Aldo."

"Hahh? Gue aja ga pernah lo bawain bekal, parah lo lebih mentingin gebetan daripada sahabat," ucap Bela tak teima bahwa isi dari kotak bekal itu adalah milik Aldo.

Nadia membalikkan tubuhnya, tak mendengarkan Bela yang sudah mengoceh sedari tadi.

"Buat lo," Nadia meletakkan kotak bekal tersebut di hadapan Aldo, "Dari Bunda."

"Yes akhirnya dapet bekal dari calon mertua." Aldo segera membuka kotak bekal tersebut, di dalamnya terdapat roti bakar rasa keju dan coklat.

"Gimana suka?" tanya Nadia setelah Aldo selesai mengunyah roti bakar yang sebenarnya merupakan buatannya. Bunda-nya saja heran kenapa Nadia membuat roti bakar sendiri, karena sedari dulu Bundanya yang membuatkan. Nadia sengaja tidak memberi tahu kepada Aldo bahwa dialah yang membuat roti baka itu, coba aja kalau Nadia bilang, pasti bakal heboh kelas ini.

"Enak banget, Bunda hebat banget bisa buat roti bakar seenak ini." Aldo terus memakan roti bakar itu dengan lahap. Nadia tersenyum meperhatikan Aldo, ternyata roti bakarnya memang enak.

Seorang guru bahasa Indonesia lengkap dengan kacamata dan buku-buku di dalam dekapannya, masuk ke dalam kelas Nadia.

"Assalamualaikum anak-anak, Apa kabar?" sapaan dari Ibu Nia yang Nadia yakin akan menjadi awal hari yang membosankan.

Semua murid-murid di kelas ini menjawab salam dan pertanyaan dari Bu Nia serempak, meskipun ada juga yang tidak bersemangat karena tidak menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Padahal, dirinya sedang ada di Indonesia dan berbicara menggunakan bahasa Indonesia, lalu apa alasannya untuk tidak suka bahasa Indonesia? Aneh.

"Oke, sekarang ibu mulai pelajarannya ya," ujar Bu Nia dengan semangat setiap pelajarannya, sepertinya ia tak pernah mengenal kata lelah.

*****

Waktu istirahat masih 18 menit lagi, tetapi tadi, guru di kelas Nadia sudah keluar terlebih dahulu dikarenakan tadi semua murid sudah selesai mengerjakan ulangan harian lebih awal, hanya pelajaran seni budaya.

"Lo sejak kapan jadi suka sama Aldo?" tanya Bela mengintrogasi, masih perkara roti bakar tadi pagi.

"Gaada, gue ga suka sama Aldo."

"Itu tadi bekalya dari siapa?"

"Dari Bunda, titip buat Aldo katanya."

"Kok Bunda lo kenal sama Aldo?"

"Ya kenal aja, kan Aldo temen sekelas kita Bel."

Bela memicingkan matanya penuh curiga, "Bunda lo udah izinin kalian pacaran?"

"Nggak,  ngapain juga gue izin pacaran segala, gue masih belum mau pacaran Bel."

"Ya kan masih belum, siapa tahu nanti pacaran."

Nadia menatap tajam Bela, "Lo kok tiba-tiba pacaran sama Gian?"

Nadia sangat heran dengan temannya yang satu ini, tidak ada kabar tidak ada apapun, ehh tiba-tiba saja sudah berpacaran.

"Ga tiba-tiba kok, gue udah deket agak lama sama Gian," jawab Bela.

"Emangnya sejak kapan lo deketnya?"

"Satu minggu setelah kenalan."

"Gila, selama ini lo ga ngasih tahu gue? Parah banget lo Bel, katanya kita sahabat, apaan ish," Nadia mengomeli Bela, karena selama ini ia tidak mengetahui Bela sedang pdkt? ish.

"Ya misalnya gue cerita duluan terus Giannya ga nembak-nembak gue gimana? kan gue-nya malu Nad."

Nadia mengangguk-angguk mengerti, hm jawaban Bela agak masuk akal sih.

" Lo juga lagi pdkt sama Aldo kan? Kok gue ga dikasih tau hahhh? Jawab!"

My Chatty Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang