8

70 8 15
                                    

Mobil dan motor yang berlalu lalang tak lepas dari penglihatan Nadia.

Kini, ia sedang menunggu Arjun untuk menjemputnya. Sepertinya besok lebih baik ia harus membawa sepeda motor sendiri daripada menunggu Arjun yang tidak jelas datangnya. Kalau mobil mah Nadia angkat tangan, ga bisa takut nabrak pagar depan rumah.

"Kebiasaan, ngebucin mulu adiknya dilupain," gerutu Nadia tetap menatap ke arah jalanan.

Sudah sekitar 15 menit ia menunggu dan sudah entah berapa puluh chatt yang sudah ia kirimkan ke Arjun maupun Cinta.

"Udah 15 menit masih sendiri aja. Gue daritadi nungguin lo pulang tuh di sana," Aldo menunjuk ke arah parkiran," Taunya lo ga pulang-pulang."

Huhh Aldo lagi, sebenarnya Cinta sudah terlalu bosan karena selalu ketemu Aldo dimanapun dan kapanpun.

"Pulang bareng gue aja yuk," ajak Aldo.

"Gue dijemput sama Abang," jawab Nadia tanpa menoleh ke arah Aldo.

"Mungkin Abang lo masih ada kelas, sama gue aja ga baik sendiri disini. Dijamin aman kok pulang bareng gue," ajak Aldo lagi.

"Jangan, bunda gue di rumah galak. Lo bisa kena maki nantinya," ujar Nadia beralasan.

Padahal mana ada bunda galak, ngeliat kelakuan Arjun dan Nadia yang naudzubillah aja ga pernah marah ya kan.

"Gue siap kok dicaci maki sama camer."

"Camer siapa?" tanya Nadia.

"Camer gue, calon mertua gue," ujar Aldo menjelaskan.

"Kayaknya bunda gue juga gamau punya menantu modelan kayak lo."

"Gapapa, gue tetep mau kesana. Mau nanya sama bunda lo, dia maunya punya menantu yang gimana, tipe idaman buat jadi menantunya gimana. Kalau lo gimana?"

"Apanya yang gimana?" tanya Nadia mengernyitkan dahinya.

"Tipe idaman lo gimana? Gue mau memantaskan diri," ujar Aldo tetap dengan senyumnya.

"Mau tau?" tanya Nadia yang dibalas anggukan antusias oleh Aldo.

"Tipe idaman gue tuh, yang gak kayak lo," jawab Nadia.

Bukannya cemberut atau kecewa, Aldo malah melebarkan senyumannya, "Terserah deh, gue tau kok cewek mah gitu suka gengsi."

Tin tin tin

Bunyi klakson mobil yang nyaring mengagetkan mereka berdua.

Nadia baru saja melangkahkahkan kakinya, tiba-tiba Arjun teriak tanpa keluar dari dalam mobil,"Ehh itu tetangga sebelah kan? pulangnya sama dia aja ya, Abang mau jalan-jalan sama Cinta."

Mobil milik Arjun pun kembali dinyalakan.

Nadia yang mendengar itu seketika melotot,"Bang kok gitu sih, Dia bukan Kevin Bang. Nanad gak kenal sama dia, kalo Nanad diculik gimana?"

"Syukurin lah, gue ga peduli dari mukanya ga kayak penculik kok Nad," Mobil berwarna hitam itu pun kembali berjalan tanpa menunggu jawaban dari sang adik.

Nadia yang melihat itu di dalam hatinya sudah mengumpat dan mengeluarkan sumpah-serapahnya. Rasanya, saat ini ia ingin segera pergi dan memukul Abangnya.

"Tuh, abang lo aja ngerti kalau gue maunya nganterin lo pulang," ujar Aldo

"Abang gue salah orang dan gue tetep gak mau pulang bareng lo."

"Yakin? Cari taksi sendiri ya, jangan minta bantuan gue."

Nadia melihat ke arah jalan raya di sekelilingnya, sepertinya disini memang jarang ada taksi ataupun angkutan umum yang lewat.

"Gimana? Udah jangan cari yang ribet naik cepet," perintah Aldo.

Nadia dan Aldo pun kembali berdebat bertahun-tahun tak kunjung selesai.

"Udah Nad, naik aja."

Dengan sangat terpaksa, akhirnya Nadia naik ke atas sepeda motor milik Aldo untuk pertama kalinya, dengan tas milik Nadia yang menjadi pembatas di tengah-tengah mereka.

"Mana tas lo gue yang pegang aja," ujar Aldo sambil menoleh ke arah Nadia.

"Jalan aja cepet bisa ga, jangan banyak ngomong."

Selama di perjalanan, Aldo memngoceh ataupun memberi gombalan-gombalan receh yang sepertinya Aldo dapatkan dari google tanpa berhenti.

"Nad, lo tau gak."

"Gak tau," jawab Nadia cepat.

"Gue belum selesai bicaranya Nad."

"Lo-nya kan nanya, harus dijawab."

"Iyadeh iya," ujar Aldo,"Oke lanjut, jadi gue tuh udah ngarepin kayak gini dari lama. Lo duduk di sepeda motor gue, terus gue nganter lo pulang, terus gue minta ijin ke orang tua lo, kita jalan-jalan, nikmatin waktu berdua, terus jadian deh."

Nadia hanya mendengarkan dengan seksama omongan Aldo, walau terkadang ada suara Aldo yang tidak dapat didengar dengan jelas karena angin yang cukup kencang.

"Haha haluan gue semulus itu ya. Gue ga pernah tuh bayangin kalau misal lo ga suka sama gue, lo nolak cinta gue atau pun lo sering ngambek sama gue, ya gue akui kalau lo pas ngambek ataupun marah itu cantiknya nambah sepuluh kali lipat, serius deh."

Nadia tetap mendengarkan, tanpa ada niat untuk menjawab.

"Gue tau, lo ga mau pacaran kan. Satu untuk seumur hidup, gue pernah kok denger lo ngomong gitu. Nah maka dari itu, gue juga mau lo jadi satu-satunya orang yang jadi pacar ataupun istri gue nanti. Gue tau lo ga mungkin jawab, kan kita marahan ga pernah akur. Gue yakin di dalem hati lo bilang, 'dihh masih juga kecil, sok ngomongin pacaran. Pikirin tuh sekolah lo dulu, karir lo, keluarga lo, baru deh bisa pacaran.' Lo inget ga? Itu yang kayaknya hampir setiap saat lo omongin pas gue bilang kalau gue suka sama lo. Lo tau gak, saat lo bilang gitu gatau kenapa gue makin cinta sama lo gitu aja."

Nadia mendengar semua perkataan Aldo sedari tadi dan tanpa disadari ia sedari tadi tersenyum. Tersenyum kagum dengan semuanya, semua yang keluar dari mulut Aldo, entah itu candaan atau sebuah keseriusan.

"Ya, tapi setidaknya ada satu dari banyak haluan gue yang terwujud dan itu terwujud hari ini, untuk nikmatin jalan berduaa bareng lo. Semoga haluan gue yang lain cepet-cepet nyusul juga ya, doain"

Nadia masih menampilkan senyumnya.

"Nad, pasti dia kayak gini ke semua cewek. Stop senyum ya," batin Nadia.

"Gue tetep akan berusaha buat lo cinta sama gue. Kalau udah cinta lo bilang ya, biar gue ga nungguin lo terus."

"Diem, bisa ga. Jangan ngoceh mulu, fokus nyetir," ujar Nadia dengan suara yang agak nyaring agar bisa terdengar oleh Aldo.

Sebenarnya Nadia bukannya tidak mau mendengar ocehan Aldo, tapi dia malu. Malu karena ia dicintai oleh orang yang blak-blakan gini.

"Iya ini diem kok, diem. Yang tadi gue omongin, mau lo lupain atau mau lo anggep serius terserah," Aldo melirik ke arah Nadia melalui kaca spion," Mau gue sih lo anggep serius, tapi gue mah ngomongnya aja tadi ga serius ya haha."

My Chatty Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang