12 : don't worry

2.2K 583 170
                                    

"Jin! Ada sinyal Jin!"

Hyunjin menoleh. "Dimana weh?" tanyanya dan berjalan menghampiri Bomin.

"Disini, bentar. Gue mau nelpon Felix" jawab Bomin dan mulai mencari kontak Felix.

Bomin menempelkan ponselnya ditelinga kiri. Menunggu telponya tersambung dan diangkat oleh Felix.

Tut

"Ah anjing" umpat Bomin dan kembali menelpon Felix. Dia butuh bantuan Felix sekarang.

"Angkat dong, Lix..." gumam Bomin berharap.

Tut

"Bangsat" makinya dan lebih memilih memasukan ponselnya kedalam saku jaket.

Hyunjin menepuk bahu Bomin. "Udah jam enam. Sesuai perjanjian, kita kumpul di lobi itu kan?" tanya Hyunjin.

Bomin mengusap kasar wajahnya, dilanjut menggangguk. "Iya. Kuy, cari jalannya dulu" ajak Bomin dan memutar badanya.

Keduanya berdiri tegang, membeku ditempat, ketika seseorang berhoodie hitam, memakai masker tengkorak dan mengarahkan tombaknya tepat didepan keduanya.

"Ambil kertas ini, lo lari. Gue yang ngurus" ucap Hyunjin dan memberikan kertas ke Bomin.

Bomin menggeleng. "Gak, gue gak bakal—"

Srak!

Naas, menancap tepat sesuai objek.

🌙🌙🌙

"Perasaan gue gak enak njir"

Temannya mengangguk. "Iyalah, yang enak mah sate kambing" jawabnya enteng.

Pletak!

"Gue serius ya babi"

Pemuda berambut coklat itu mengangguk. "Iye ye, gue mah salah terus" cibirnya.

"Btw, keadaan mereka gimana ya?"

"Maksud lo?"

"Kita udah disini, tinggal nunggu yang lain kan?"

Pemuda itu lagi-lagi menangguk. Kemudian merebahkan dirinya disebelah temannya.

"Gue harap gak ada yang luka,"

"Karena kita udah beda, space."

🌙🌙🌙

"Aku tak punya bunga~ tapi diriku kaya~"

Han sontak menggeplak kepala Sanha. "Dih, songong"

Eric tertawa bersama Baejin. "Udah si weh, gelut mulu kerjanya" lerai Eric setengah ketawa.

"Ngomong-ngomong, jam berapa ini?" tanya Han dan menatap Baejin.

"Jam enam. Kuy, ke lobi. Sesuai perjanjian" ajak Baejin dan berdiri.

Mereka berempat mulai berjalan mencari lobi tengah. Masih membawa kertas petunjuk untuk di diskusikan bersama yang lain.

Setengah hari mereka berada disini, tanpa makan. Hanya ada perbekalan air yang sengaja Sanha bawa. Katanya takut mati kehausan.

"Duh, sebenarnya kita dimana si anjir. Buang-buang waktu sumpah" ucap Han ketika merasa sesuatu yang tak beres didalam rumah ini.

"Ini dirumah kali. Tapi herannya, kenapa gak ada sinyal anjing. Gini kan susah mau nelpon doi" sahut Sanha disertai dengusan.

Pletak!

"Tjih, sempet-sempetnya mikir doi. Mikir tuh gimana caranya kita keluar dari sini bego" jawab Han setelah geplak kepala Sanha.

[1/2] troepen, 00 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang