Pindah Rumah

14 4 0
                                    


POV. Qiara

“Namamu Qiara?” tanya suara bariton itu terdengar asing di telingaku. Aku mendongakkan kepala melihatnya. Ada bapak berseragam polisi mendekat. Kembali kutenggelamkan wajah diantara lututku. Aku masih berjongkok di sudut rumah. Ya, rumah yang belum lama kutempati bersama mama.

Setahun yang lalu, mama membawaku untuk tinggal disini. Mama berkata, rumah ini lebih baik daripada kosan yang kami tempati sebelumnya. Disini aku akan memiliki kamar sendiri. Mama bilang, mama dapat pekerjaan yang lebih baik.

“Ini kamarmu, Qiara. Mama ingin kamu bisa lebih tenang belajar disini ya. Tidak ganggu-ganggu mama lagi. Jangan pernah masuk ke kamar mama dan jangan jadi anak pembangkang.” Terngiang kembali suara mama saat pertama kalinya ia membawaku ke rumah ini.

“Qiaraa ....“ Tiba tiba kudengar suara Tante Sherly. Serta merta tubuhku dipeluk olehnya yang menangis. Tante Sherly adalah adik sepupu Mama. Terkadang Tante Sherly berkunjung dan menginap disini. Aku tidak terlalu dekat dengannya. Tapi, Tante Sherly adalah satu satunya keluarga yang kukenal selain mama.

“Tante, Mama ...,“ kataku lirih. Tubuh ini berguncang didalam pelukannya. Akhirnya tangisku pecah. Tante Sherly memeluk dan menepuk-nepuk punggungku. Membiarkan tangis itu berderai.

***

Sepulang dari pemakaman Mama, Tante Sherly membawaku ke rumahnya. Letaknya agak jauh dari rusun. Kontrakan Tante Sherly berada di pemukiman padat. Tante Sherly bilang, ia tidak mau menyewa di rusun karena sulit usaha disana. Lebih mudah mendapatkan uang di kawasan ini, katanya. Maklum, biaya hidup di Jakarta tinggi.

Rumah Tante Sherly terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur tanpa pintu, dan dapur kecil yang berhadapan dengan kamar mandi tanpa WC. Jika ingin ke WC,  harus pergi ke toilet umum yang terletak tidak jauh dari sana. Satu satunya kamar disana hanya disekat dengan lemari dan gorden.  Ini masih lebih baik daripada kosanku bersama mama pada awalnya. Dulu kami tinggal di kosan satu kamar tanpa kamar mandi. Aku bersyukur Tante Sherly bersedia menampungku.

“Qiara, semoga disini kamu betah. Jangan malas. Disini nggak ada yang gratis. Semuanya mahal. Tugas kamu membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci baju, menyeterika dan memasak nasi. Lauk dan sayur biar Tante yang pikirin. Hati hati mencuci dan menyeterika baju tante ya. Nanti kamu tanya dulu ke tante gimana caranya biar baju tante nggak ada yang rusak. Kamu bisa tidur disini tapi kasurnya harus dilipat lagi pas udah pagi. Soalnya Om Hendri suka bawa teman temannya kesini. Kamu ngerti?” jelas Tante Sherly panjang lebar kepadaku. Aku mengangguk tanda mengerti.

“Kamu yakin mau tetap sekolah? mendingan kerja aja bareng  tante. Di tempat tante banyak kok gadis seumuran kamu. Tinggal di Jakarta harus pinter cari duit biar bisa makan. Ngapain sekolah, ujung-ujungnya susah dapet kerja. Pengangguran juga kan?” cerocos Tante Sherly.

“Qiara mau sekolah, Tan ...,” ujarku pelan. Aku takut Tante Sherly marah dengan keinginanku. Tapi aku ingin tetap bersekolah. Mumpung sekolahku gratis. Mama pernah bilang padaku, mama ingin aku jadi anak yang pintar supaya bisa naik pesawat keluar negeri. Ah, mama ....

“Okelah kalau begitu. Tante nggak bisa kasih kamu ongkos, ya. Tante harus ngirimin uang ke kampung tiap bulan. Belum lagi untuk bayar kontrakan, listrik, air, beli baju, make up, pulsa, kuota, mikirin makan kamu juga. Kamu bisa pahamin tante kan, Qia?”

“Iya, Tante,” jawabku pelan. Aku tidak berani melihat ke wajah Tante Sherly. 
Namaku Qiara. Panggil saja Qia. Kini aku tinggal bersama Tante Sherly, adik sepupu Mama.  Sebelum aku bergabung, Tante Sherly tinggal berdua dengan Om Hendry. Tapi, ternyata Om Hendry tidak menetap disini. Dia hanya sesekali menginap. Katanya karena kerjaan Om Hendry yang tidak bisa membuatnya menetap. Kata Tante Sherly, Om Hendry adalah suaminya di Jakarta.  Setiap sore Tante Sherly dijemput oleh Om Hendry. Mereka berboncengan motor. Aku tidak tahu Tante Sherly bekerja dimana.

Menjelang pagi, Tante Sherly akan pulang. Rutinitasnya mirip dengan mama. Jadi aku sudah terbiasa.

***

Bersambung

A Story By Dev

Jangan lupa di vote ya 😁♥️

Namaku QiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang