Diganggu

5 3 0
                                    


“Cantik juga ...,” katanya tersenyum.

“Lepaskan!” teriak gadis itu, ia mencoba melarikan diri. Tetapi apa daya, tenaganya jauh lebih kecil ketimbang pemuda yang memegangi tangannya. Terlebih lagi ketakutan yang menyelimuti hatinya membuat ia semakin tidak berdaya.

Mereka berlima tertawa-tawa seperti anak kecil yang baru saja mendapat mainan baru. Gadis itu memejamkan mata. Tuhan, tolong aku ...

Tiba-tiba suara mesin sebuah sepeda motor meraung dari kejauhan lalu berhenti tepat di depan mata. Sosok laki laki tegap berjaket hitam turun dari sana, menghampiri.

“Hey, curut! mau lo apain ponakan gue!” hardik suara berat yang terdengar tegas dan lantang.  Kelima pemuda tanggung yang mengganggu seorang gadis spontan terdiam dan melepaskan tangannya.

“Om ... Tante Sherly,“ pekik gadis itu tertahan.

Hatinya mengucap syukur. “Aku selamat ....”

“Hehehe ... nggak kok, Bang. Kita cuma mau-main main doang. Belum sempet ngapa ngapain, eh ... Abang keburu dateng. Iya kan, Neng ...,” jawab salah satu pemuda yang tadi memegang lengan si gadis. Ia setengah berbisik “Lo ngapa gak bilang kalo lo ponakannya Bang Hendri?” katanya seraya melepas lengan itu.

Segera si gadis berlari ke arah Om Hendri dan Tante Sherly. Om Hendri memandangnya.“Bener kamu ngga apa apa, Qia?”

Segera dijawab dengan anggukan kepala. Ia ingin segera sampai di rumah. Rasa takut yang tadi begitu mencengkram hatinya kini lepas sudah.

“Sudah sana, pergi kalian! Bilang sama temen temen lo pada, cewek ini ponakan gue. Jangan diganggu! Siapa yang berani ganggu dia lagi, berarti lo akan  ngadepin Gue. Cepet sana pergi!” bentak Om Hendri galak.

Serta merta kelima pemuda tanggung itu berlarian. Sudah salah sasaran malam ini, pikir mereka. 
 
“Aduuuh, Qia. Kamu ngapain sih ? Emangnya kamu darimana malam-malam gini?” tanya Tante Sherly padanya.

“Tadi nungguin Bu Wira pulang kerja dulu, Tante. Katanya hari ini Qia bisa gajian. Qia besok mau sekolah,” jawabnya polos. Ia tidak berani mengangkat wajah. Ia tidak tahu ada kilatan aneh tersembunyi di mata Om Hendri yang mendengar penuturannya.

“Ayo kita pulang. Tante tadi sebenarnya sudah berangkat. Eeeh ... Tante dapet ‘M’, Ya udah deh pulang lagi. Libur dulu. Hahaha ... Ayo Beb.”Tante Sherly menggamit lengan Qiara. Sementara Om Hendri menaiki motornya lagi dan mengendarainya perlahan mengikuti langkah kaki kami.

***

Bersambung

A Story By Dev

Jangan lupa di vote ya 😁♥️

Namaku QiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang