Bis Sekolah

4 2 0
                                    


Hari masih gelap. Matahari di ufuk timur masih malu-malu memancarkan cahayanya yang lembut. Seorang gadis mungil berlari-lari kecil menyusuri gang sempit yang hanya dapat dilalui sepeda motor.  Rambutnya bergerak gerak tertiup angin mengikuti irama langkahnya yang terlihat ceria. Sesekali terdengar suara kokok ayam saling bersahutan. Di depan pos ronda, terlihat beberapa pemuda tanggung yang tertidur lelap beratapkan langit. Tukang sayur di pojok jalan terlihat tengah membereskan dagangannya, siap untuk menjemput rejeki.

Setelah naik angkutan umum  dua kali, seharusnya Qiara dapat berhenti tepat di depan halte bis sekolah yang menuju sekolahnya. Namun, karena baru pertama kalinya ia pergi ke sekolah dari rumah Tante Sherly, ia turun di halte bis yang salah. Alhasil Qiara harus berlari ke halte di seberang perempatan jalan itu supaya ia tidak ketinggalan bis. Untung saja tidak begitu jauh ....

Qiara mempercepat larinya karena bis sekolah itu sudah ada di halte, siap untuk berangkat. Terlihat beberapa siswa dengan berbagai warna seragam sekolah, tengah naik bis secara bergiliran.

“Fiuuuuh ... untung nggak ketinggalan,” desis Qiara setelah ia berada di dalam bis. Ia segera duduk di satu satunya kursi yang kosong. Ia mengatur nafasnya yang memburu.

Tiba tiba di depan wajahnya ada sebotol air mineral dingin yang tersodor. Tanpa sadar, langsung diambilnya botol itu lalu air didalamnya seketika menyegarkan tenggorokannya yang  kering.

“Adek kecil, haus banget ya?” tanya suara  renyah di sebelahnya mengagetkan Qiara.  Aduh, ini minuman siapa? Qiara merutuki diri sendiri karena tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.

Sontak Qiara menoleh.  Seorang pemuda tampan dengan senyum menawan tengah menatapnya sambil tersenyum geli. Ia memakai topi sport yang menutupi sebagian besar kepalanya. Tatapan matanya tajam tapi ada keteduhan disana.

“Adek kecil, haus banget ya?” tanya suara  renyah di sebelahnya mengagetkan Qiara.  Aduh, ini minuman siapa? Qiara merutuki diri sendiri karena tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.

Sontak Qiara menoleh.  Seorang pemuda tampan dengan senyum menawan tengah menatapnya sambil tersenyum geli. Ia memakai topi sport yang menutupi sebagian besar kepalanya. Tatapan matanya tajam tapi ada keteduhan disana.

“Maaf ... besok aku ganti ya minumnya.“ Qiara nyengir. Gadis itu menundukkan wajah tidak berani menatap mata pemuda berseragam putih abu-abu itu. Wajahnya terasa menghangat. Tidak mungkin juga kan ia mengembalikan botol minuman yang sudah ia minum ke pemiliknya itu. Masak sih dia minum di botol bekas bibirnya?

“Gapapa ... santai aja lagi. Gue tahu lo haus. Ngos-ngosan gitu. Lo habis lari berapa kilo emangnya?” ujarnya tenang. Pemuda itu tersenyum simpul melihat pipi gadis mungil di depannya yang memerah. 

“Gue Reyno. Nama lo siapa?” tanya  pemuda itu sambil menyodorkan tangannya.

“Qia,” jawab Qiara tanpa menyambut tangannya. Qiara tahu hal itu tidak sopan. Namun, ia terlalu takut (atau malu?) untuk berinteraksi dengan orang lain. Terutama berinteraksi dengan ciptaan Tuhan yang terlahir keren seperti ini. Apa sih Qiara .... 

Reyno menarik tangannya kembali. Suasana jadi canggung diantara mereka. Qiara tidak tahan mengendalikan detak jantungnya yang seakan sedang bermain lompat tali. Tanpa mengatakan apa-apa, Qiara pindah tempat duduk ke bangku lain yang agak jauh dari Reyno. Kebetulan, penghuni bangku itu baru saja turun.

“Eh, kok pindah sih? gue bau ya?” seru Reyno bingung berusaha mencegah gerakan Qiara.

Qiara diam saja tidak menjawab Reyno. Wajahnya tetap tertunduk. Aduh bagaimana ini? sekolah masih jauh nggak ya? Qiara larut dalam lamunannya.

“Adek kecil, gue duluan ya. See you.” Kembali Qiara tersadar oleh suara renyah itu. Dia menoleh ke arah sumber suara. Tetapi ternyata wajah Reyno tepat ada di sebelahnya. Hanya dipisahkan jarak beberapa belas sentimeter saja. Dua detik Qiara terkesiap. Merah di wajahnya tidak terelakkan.

Bis sekolah berhenti di halte dekat sekolah Reyno. Reyno melompat dengan lincah keluar dari bis. Ia bergabung dengan teman-teman sekolahnya sesama siswa putih abu-abu.

***

Bersambung

A Strory By Dev

Jangan lupa di vote ya 😁♥️

Namaku QiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang