Sesampainya kami di depan rumah kontrakan. “Malam ini, nginep disini kan, Beb ?” tanya Tante Sherly dengan manja sambil bergelayut di lengan Om Hendri yang kokoh.“Nggak, Sher ... gue harus balik. Besok lah gue kesini lagi ya,” jawab Om Hendri sambil mengerlingkan matanya.
“Ya udah deh. Bener loh ya. Besok kesini. Aku tunggu, Cinta .... “ Tante Sherly mengecup bibir Om Hendri sekilas lalu melambaikan tangan.
“Yuk, kita masuk Qia. Aduuh ... untung aja tadi Om dan Tante balik lagi. Nggak tahu deh yang bakal terjadi kalau kamu tadi nggak ada yang nolongin. Disini emang bahaya, Qia. Jadi kamu harus hati-hati. Banyak yang pada nongkrong gitu ... mereka begadang tuh. Habis mau gimana? rumah kecil dan sempit, terus anak banyak. Tidur aja harus gantian kan. Kalo semuanya ada di rumah, mana cukup rumahnya tuh ... mendingan kayak tante, nggak ada anak, tante bebas bersenang senang. Nggak kayak mama kamu Qia, selama ini dia sulit ngurusin kamu,” cicit Tante Sherly.
Qiara segera mengambilkan Tante Sherly segelas air putih. “Terima kasih, Qia”
“Kamu tahu? Dulu, mama kamu bersikeras nggak mau melakukan aborsi saat kamu ada di kandungannya. Udah tante bujuk -bujukin. Mama kamu keras kepala banget. Maaf ya, Qia ... tante jadi cerita ke kamu.” Qiara menggelar tikar di ruang tamu dan duduk bersimpuh di dekat Tante Sherly. Qiara tertarik menyimak apa yang tengah Tante Sherly ceritakan.
“Tante, Mama membenci Qia tidak?”
“Seharusnya nggak ya. Tante tahu, mama kamu itu kasar dan suka mukulin kamu kan?” terangnya sambil tangannya mengipas-ngipas wajah yang kepanasan.
“Iya, Tante”
“Itu karena hidupnya berat. Mama kamu stress dan tidak bahagia. Dia menanggung semuanya sendirian. Apalagi ada kamu ... bebannya semakin berat. Kamu itu beban bagi dia, Qiara.” Tante Sherly berkata tanpa mempedulikan perasaan Qiara. Sebenarnya hati Qiara sakit mendengarnya. Namun tidak apa apa. Ia sudah bersahabat dengan rasa sakit. “Maafkan Qia ya Mama. Qia sudah menyusahkan hidup Mama” ucap Qiara dalam hati yang berdenyut.
“Terus lagi, Mama kamu merasa bersalah banget atas kematian ayah dan ibunya di kampung. Dia juga tidak bisa kembali ke kampung karena warga sana menolak dia dan kamu,” cerita Tante Sherly panjang lebar.
“Ditolak?” tanya Qiara seraya membalalakkan mata.
“Iya. Warga kampung tahu bahwa mama kamu hamil diluar nikah. Dia pergi ke Jakarta tuh untuk mencari pacarnya yang kabur. Tapi ternyata cowok brengsek itu sudah berbohong ... Alamatnya palsu. Tante ikut pusing jadinya.“ Tante Sherly memijit pelipisnya.
“Tante kenal dengan Ayah Qia?” Tanya Qiara antusias. Ini hal yang sangat ingin ia ketahui sekaligus menjadi topik yang paling ia hindari untuk ditanyakan kepada ibunya. Mama akan meledak amarahnya jika Qiara berani mengungkit soal Ayah.
“Tante tidak kenal. Tante sudah di Jakarta saat mereka bertemu di kampung. Namanya Bayu. Katanya dia tinggal di Jakarta. Tapi entah Jakarta sebelah mananya. Hhh ... itulah kalau terjerat cinta. Logika jadi tidak jalan,” kata Tante Sherly seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Bayu ....”
***
Bersambung
A Story By Dev
Jangan lupa di vote ya 😁♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Qiara
Random(Peringatan : Tulisan ini mengandung konten eksplisit yang dapat memicu pengalaman traumatis ; saya sarankan tidak meneruskan membaca jika dalam keadaan rentan) NAMAKU QIARA Kisah ini bertutur tentang perjuangan seorang gadis berdamai dengan masa la...