Taman Bermain 2

4 2 0
                                    


Di taman bermain, Qiara merasa berada di syurga. Yah, walaupun Qiara belum pernah datang ke syurga dan apakah di syurga ada taman bermain atau tidak, Qiara tidak tahu. Tetapi kalau boleh usul, Qiara ingin usul ke Tuhan untuk menciptakan taman bermain seperti ini di syurga lengkap dengan keluarga Bu Ani, terutama Bang Reyno. Hihihi .... 

Qiara bahagia sekali hari ini. Disini banyak hiasan warna warni, lampu kelap kelip, nyanyian gembira, permainan-permainan. Wahana yang paling Qiara suka adalah kincir angin raksasa. Saat kita berada di paling atas, kita akan melihat pemandangan laut yang menakjubkan. Indah sekali. Seketika diri kita akan terasa sangat kecil, sekecil debu.

Qiara sangat menikmati kebersamaan dengan Bu Ani dan dua putranya. Bang Reyno dan Randy suka sekali menggoda Qiara. Berkali-kali mereka membuat Qiara hampir menangis karena kejahilan mereka. Kemudian, kedua remaj laki-laki itu akan bergantian membujuk Qiara supaya tersenyum lagi. Mereka seolah menganggap Qiara sebagai adik kecil kesayangan. Eh, atau mengganggapnya seperti boneka lucu yang seru untuk dipermainkan? Entahlah ....

Bang Reyno dan Randy memaksa Qiara untuk ikut mereka naik sebuah wahana yang ekstrim. Kata mereka sangat menyenangkan. Melihat wahananya dari luar pagar, Qiara sudah menolak. Namun, tangan Qiara ditarik-tarik Randy, lalu ada Bang Reyno yang mendorongnya dari belakang untuk masuk ke antrian. Sementara Bu Ani menunggu di luar wahana. Akhirnya Qiara terjebak di dalam antrian itu.

“Apaan menyenangkan! Qia udah mau mati naik itu,” rutuk Qiara mengomel saat keluar dari wahana lalu menghampiri Bu Ani yang duduk di taman memperhatikan mereka. Wajah Qiara pucat dan perutnya seperti diaduk aduk.

“Huuu ... lo aja yang penakut. Asyik tahu. Antri lagi yuk, Qi,” bujuk Randy yang berjalan sejajar disamping Qiara.

“Nggak mau! kamu aja sendiri sana. Aku masih mau hidup,” desis Qiara sebel.

“Deuuu ... manyun. Lo jelek tahu kalo manyun,” ledek Randy.

“Biarin jelek. Yang penting hidup!” balas Qiara masa bodoh.

Randy tertawa-tawa disamping Qiara. Lalu berbalik ke antrian wahana itu lagi.

“Bun, Randy naik ini lagi ya ..., “ teriaknya pada Bu Ani. Bu Ani  mengacungkan jempolnya tanda setuju. Randy berlari berbalik arah menuju antrian wahana yang menjadi favoritnya itu. Qiara duduk di rumput taman sambil memegang dadanya yang masih berdebar akibat naik wahana yang ekstrim.

“Bang Reyno mana, Qia? Antri lagi?” tanya Bu Ani pada Qiara. Senyuman selalu menghias wajah cantik itu.

“Katanya ambil foto, Bu. Itu disana,” jawab Qiara sambil menunjuk sosok Reyno yang berlari-lari kecil menghampiri. Ditangannya terdapat  dua buah es krim dan beberapa lembar foto.

“Ini buat Bunda. Ini buat adek kecil,” ucap Reyno sambil menyodorkan dua es krim itu ke tangan mereka.

“Adek kecil ... adek kecil ... namaku Qiara, Bang,” protes Qiara pada Reyno.

“Okey, adek kecil ... eh, Qiara. tapi, lo akan menjadi adek kecil gue selamanya. Emang masih kecil kan?” godanya lagi.

“Jujur ya, kemarin gue kira lo anak SD yang tersesat di seragam anak SMP. Hahaha ..mungil banget sih,“ ujar Reyno jenaka. 

Sudahlah. Qiara menyerah. Terserah saja deh mau dipanggil seperti apa. Memang perawakan Qiara mungil. Jika mereka berjalan berdampingan bertiga, memang akan dikira Qiara adiknya Randy yang masih duduk di sekolah dasar. Qiara terlihat masih imut-imut dan mungil. Apalagi dengan pipinya yang sering tiba tiba memerah. Sangat lucu di mata Reyno.

***

Bersambung

A Strory By Dev

Jangan lupa di vote ya 😁♥️

Namaku QiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang