17

85 21 3
                                    

Hari ini sekolah kayak biasa, HOAAAM.

Lagi dikantin, sekedar beli air minum.

Terus kekelas. Lagi males ngabring gw. Mending denger musik sambil baca buku dan ditemani sebotol nyugeulinti, haha botol gamtenk Atuy.

Gw duduk,

Ngeekk..

Kursinya mulai reyot, ya emamg suka gw banting banting tu kursi. Apa lagi kalau jamkos keseggol sana sini.

Gw bawa kursi itu ke gudang.

Pas baru sampai di rooftop,

Samar samar tersengar teriakan laki laki,

"KALO LO HIDUP BUAT GANGGU HIDUP ORANG MENDING LO MATI!!"

Terdengar isak, tangis seseorang, gw tau itu Lami.

Disitu Chenle dengan wajah marahnya dan Lami dengan tangisnya,

Gw menghampiri Chenle, mendorong bahunya pelan.

"Lo boleh benci, tapi gak gini caranya."

"Kenapa? Kan dianya duluan."

"Tetep aja sama. Apalagi dia tuh cewek."

"Siapa suka yg suka sama cewe ular kayak dia."

Ditengah tengah debat gw dan Chenle,

"Hai, kalian." kata Lami.

"Hidup bahagia kalian berdua." lanjutnya kemudian menjatuhkan diri, gw bergegas menangkap lengan Lami.

Tak bertahan lama, karena kaki gw udah gak napak gw tahan pake badan gw. Tetep gak bisa, akhirnya kita berdua jatuh.

Brukkk...

Author pov.

Untuk yang kedua kalinya, Byul masuk rumah sakit akibat kejadian disekolah.

Ryujin, Doyoung, dan Yangyang.

Sedang sibuk melontarkan ucapan kekesalannya.

"Trus tadi si Chenle disitu?" tanya Yangyang.

Byul malas mengubris ocehan dari teman temannya itu.

"Eh, nyokap lo gimana kabar? Udah baikan?" tanya Byul mengalihkan pembicaraan.

"Jan ganti topik! Iyakan tadi si Chenle disana?"

"Iya!" balas Byul ketus.

Tok tok tok...

Ada orangnya.

"Ngapain lo kesini?" tanya Doy dingin.

"Mau jenguk, gak boleh ya?" tanyanya sengan wajah yang agak menyebalkan.

Doyoung terlihat emosi, Byul menahan lengannya supaya tidak ribut. Karena kalau Doy sudah ribut, bisa ramai 1 rumah sakit.

"Lo udah nengok Lami?" tanya Byul.

"Udah, dia gak separah lo. Lagian lo ngapain nolongin manusia ular kayak dia."

"Mending lo keluar dari sini, kalau cuma mau ngajak ribut." ketus Byul.

"To the point, mau lo apa kesini." tanya Byul.

"Gw mau minta maaf, gw..."

"Gw gak butuh maaf lo, karena cuma Lami yg lo sakitin."

Kalau jujur Byul juga cukup sakit dengan segala perbuatannya terutama kepada ibunya.

"Lagi pula lo pingin ge gini kan?"

"Lo nethink terus tentang gw. Gak, bukan ini mau gw. Mau gw cuma kayak dulu, waktu pertama ngejalanin hubungan. Jujur gw merasa sepi ga denger lo ngomong, ngeliat lo berubah jadi pendiam. Kenapa lo berubah?"

"Lo yg mulai, berarti lo juga yg bikin gw gini."

"Intinya gw minta maaf. Tapi please. Don't be quite. Gw cuma mau hubungan kita kembali."

"Lo pikir gw selama ini ngapain? Gw berusaha memperbaiki hubungan."

Chenle terlihat bingung.

"Memperbaiki hubungan lo dan gw sebagai musuh, oke. Jangan ganggu, gw mau istirahat."

Terserah apa kata lo gw tetap bakal berusaha. Batin Chenle.

Chenle keluar ruangan, berpindah ruangan tepatnya.

"Gimana?" tanya Lami.

"Belom mau, semoga aja nanti mau."

Lami mengangguk, dia sudah tak ingin Chenle. Kejadian itu sudah membuatnya kapok.

Memang sakit Lami todak separah Byul, tapi ini sudah lebih dari cukup untuk tidak diberi uang saku selama seminggu.

Terlebih lagi membuat Byul sakit, ibunya akan marah besar ketakutan ibunya dipecat dari jabatannya sekarang.

Bukan hanya itu, Lami tahu Byul mengidap penyakit yg cukup mengerikan. Tumor otak. Dan dia tak mau Byul meninggal akan ulahnya.



Tbc.

Janlup voment juseyo.

I'm not fools, stupid; Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang