Part 10

1.3K 46 2
                                    

a little bit of mature here so.. watch out!(?)

Rambut coklat madu itu berantakan, membingkai wajah Luhan yang sudah memerah, basah dan menggoda diantara putih bantal dibawahnya. Beberapa kali terdorong ke belakang setiap ia menanam lebih dalam dan lebih keras di bawah sana. Mata yang biasanya berkerlip indah itu kini menatapnya sayu, tertutup kabut gairah. Bibir terpahatnya yang seringkali melengkungkan senyum indah itu juga basah, bengkak, dan sedikit terbuka. Lebih indah dari yang ia kira. Saliva mengalir dari sana, begitu pun desahan beragam yang terus mengalun. 

Sehun berkeringat, ia melenguh beberapa kali. Menahan hasratnya yang sudah di ujung. ia masih ingin, dan harus sampai dengan maksimal. Ia mendorong semakin keras dan dalam di tiap hentakannya. Menubruk semua sisi hingga yang terdalam di dalam Luhan. 

"Ahnn.. -AHH! Sehunnn!"

Luhan menarik lehernya mendekat, meminta ciuman basah. Tetapi Sehun akan memberi lebih. Penetrasi atas bawah misalnya. Dengan sudut bibir tertarik, ia menyambut bibir Luhan. Mengulum sedalam dan sekuat mungkin sebelum menelusupkan lidahnya, menelusuri dengan perlahan susunan gigi hingga kontur mulut terdalam Luhan. Menari dengan semua cara bersama lidah Luhan yang terbuai.

Saliva semakin banjir mengalir dari dagu keduanya. Gesekan di gigi, bunyi becek dalam hantaman, serta desahan tertahan menjadi lagu dalam kamar itu. Luhan memeluk erat, seakan semuanya masih belum cukup dekat dan terjamah. Sehun tersenyum dalam ciuman dalam itu. Sebelah tangannya perlahan turun, menyentuh mengambang sisi tubuh Luhan yang bergetar nikmat. 

Hingga sampai di kewanitaan Luhan. Sudah basah karena beberapa kali Sehun hantam. Sehun menyentuhnya pelan sebelum menambah ritme hantamannya dengan ritme yang semakin cepat. Dahi Luhan berkerut semakin dalam dan bahkan mengejang setiap Sehun menubruk prostatnya keras dan tanpa ampun. Semua semakin kasar. Hingga ciuman terlepas, terlalu sibuk meraup nafas. Tatapan sayu keduanya berbenturan. Keduanya semakin dekat. 

Sehun dan Luhan melenguh tertahan ketika akhirnya mereka sampai pada puncaknya dan semuanya memutih. 

.

.

.

.

.

"Sajangnim, ada yang ingin bertemu dengan Anda."

Kris mengalihkan pandangannya pada sekretaris setianya yang sekarang berdiri di hadapannya dengan senyum ramah seperti biasanya. Kris mengangguk dan membiarkan sekretarisnya membawa masuk tamu yang ingin bertemu dengan Kris. 

"Hai, Kris."

Kris berhenti mengurus berkas-berkasnya ketika sebuah suara lembut menyapa indra pendengarannya. Matanya sedikit terbelalak mengetahui siapa yang ingin bertemu dengannya. Wanita itu tersenyum padanya, lalu berjalan mendekat pada Kris dan duduk di depannya, dengan meja kerja Kris membatasi jarak mereka. Wanita itu menyilangkan kakinya dengan anggun, menyilangkan tangannya di dadanya dan menatap Kris dengan tatapan mautnya yang bisa membuat lelaki manapun jatuh ke dalam pesonanya. Keheningan menemani mereka. Tidak ada satupun yang berbicara. Mereka saling bertatapan. Wanita itu berdiri dan mengibaskan rambut pirangnya, lalu berjalan mendekati meja kerja Kris. Kedua tangannya ia tempatkan di mejanya, sedikit membungkukkan badannya untuk menatap Kris lebih dekat. 

NeighborsWhere stories live. Discover now