Luhan mengusap rambut Steven yang sudah tertidur, lalu mencium keningnya. Ia beranjak dari kasur Steven dan berjalan menuju jendela kamar Steven yang terbuka, berniat untuk menutupnya. Saat ingin menutup jendelanya, Luhan berhenti. Matanya menangkap sosok suaminya dan adiknya duduk bersama di bangku taman belakang. Posisi mereka membelakangi Luhan sekarang. Mereka tampak membicarakan sesuatu, Luhan tidak bisa mendengarnya. Mungkin melepas rindu. Beberapa menit Luhan melihat mereka berbicara, Sehun tampak memberikan sebuah foto, dan tiba-tiba matanya sedikit membulat melihat bahu Sehun yang sedikit bergetar, kepalanya menunduk dan Kris tampak menoleh terkejut padanya. Sehun tampak berbicara sesuatu dan sepertinya Kris tertegun mendengarnya. Tak lama, Sehun berdiri, sambil mendongakkan kepalanya. Dari situ Luhan sudah tau Sehun menangis. Luhan mencengkram pinggiran jendela, berpikir mengapa Sehun menangis. Dan hal selanjutnya yang ia lihat adalah Kris yang mendekap Sehun erat, tampaknya menenangkan Sehun yang menangis tanpa Luhan tau sebabnya.
Luhan menutup jendelanya lalu gordennya, lalu berbalik. Luhan sungguh penasaran apa yang ditangisi Sehun. Luhan berjalan pelan menuju pintu kamar Steven sambil berpikir. Oh, Luhan membulatkan mulutnya. Apa mungkin karena foto itu? Apa foto yang Sehun berikan pada Kris begitu bermakna baginya? Memang itu foto apa? Saat Luhan memegang kenop pintu, ia berhenti sejenak.
Apa mungkin itu foto istri Sehun?
.
.
.
.
.
.
Three days later.
Sehun merapikan dasinya, lalu menata rambut pirangnya. Yah, Sehun merombak lagi rambutnya. Rambutnya yang gondrong ia potong dan ia cat warna pirang. Sehun tidak menyesali model rambutnya sekarang, menurutnya yang sekarang lebih bagus dan menampakkan dahinya yang mulus. Sehun kembali mematut dirinya di cermin. Hari ini ia memakai kemeja hitam dengan polkadot putih kecil menghiasi kemejanya, dipadu blazer hitam dan celana jeans berwarna biru muda. Sehun tersenyum sekilas, merasa puas dengan penampilannya, lalu mengambil kacamata hitam di meja nakasnya dan berjalan keluar kamar.
Sehun menutup pintu kamarnya, lalu berjalan ke kamar Sophia. Sehun mengetuk pintunya tiga kali.
"Sophia, sudah siap?"
"Tunggu sebentar, papa!"
Sehun mendengar suara gaduh/? di dalam kamar Sophia, dan Sehun hanya tersenyum geli mendengarnya. Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan menampilkan Sophia berbalut floral dress selututnya dan senyum manis yang menampilkan giginya. Sehun menampilkan eyesmilenya, terpesona dengan kecantikan anaknya. Ia menggenggam tangan Sophia dan berjalan menuruni tangga.