Asap mengepul dari mug putih, tampaknya black coffee itu belum sama sekali disesap. Pembuatnya pun tampak sedang memikirkan sesuatu. Ya, Kris memang sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang rumit, dan beresiko baginya. Jam menunjukkan angka sebelas malam, Sehun dan Sophia sudah kembali ke rumahnya, Luhan mungkin sudah tidur di kamarnya, sedangkan ia hanya duduk di kursi meja makan dengan kopi hitam di depannya yang tampaknya tidak minat ia minum.
"Aku tau kau pasti berpikir bahwa matanya sama seperti Luhan, karena aku juga berpikir seperti itu. Setiap aku melihat Luhan, aku pasti juga melihat Bom disana.."
Kata-kata Sehun mulai terngiang-ngiang lagi di kepala Kris. Kris menghela nafasnya kasar, entah apa keputusannya benar atau tidak. Kris tau Sehun mencintai Luhan, sangat tau. Begitu juga Luhan, Kris bisa melihatnya. Mereka sudah saling jatuh cinta semenjak mereka pertama kali bertemu, Kris yakin akan itu. Kris meremas mug putih di depannya.
Mungkin ini karma.
Ya, karma karena telah meninggalkan Luhan demi perjodohan sial dan bodoh itu.
Karena perjodohan itu, ia harus berpisah dengan Luhan tanpa memberi kabar pada gadis itu. Dan mungkin karena ia menerima perjodohan itu dan meninggalkan Luhan tanpa kabar, gadis itu jatuh cinta pada orang lain. Kris masih bisa mentolerirnya jika Luhan mencintai orang lain, tapi ia tidak bisa mentolerirnya karena gadis itu mencintai adiknya. Luhan sudah menemukan cinta yang baru, dan selama ini Luhan telah memberi cinta palsu padanya. Luhan tidak mungkin mencintainya lagi semenjak Sehun muncul. Dan semenjak ia meninggalkannya selama dua tahun. Kris seorang kakak yang berbakti. Ia akan melakukan segala hal untuk keluarganya.
Termasuk menyerahkan Luhan pada Sehun.
Kris menatap sendu cincin pernikahannya. Ia mulai mengingat bagaimana ia melamar Luhan waktu kelulusan SMA, wajah Luhan bertambah imut karena semburat merah di pipinya, dan bagaimana ia menganggukkan kepalanya seperti anjing kecil untuk menerima lamaran Kris sambil tersenyum malu, dan Kris langsung memeluknya sambil mencium pucuk kepala Luhan berkali-kali. Moment itu tidak akan pernah Kris lupakan. Semua momentnya bersama Luhan tidak akan pernah dilupakan olehnya.
Although it hurts,
the promise we made to be together forever
is no more.
I'm sorry i can't keep it.
I'm sorry i can't protect you,
I hope you'll be fine.
I hope you forget me too.
.
.
.
.
.
.
