HAPPY READING
Matahari sudah menampakkan dirinya, tetapi seorang gadis mash belum juga tersadar dari mimpi indahnya. Bunda datang membuka jendela tetapi ia sama sekali tidak terkutik.
Bunda mengoyangkan tubuh gadis itu, "Sayang, bangun udah pagi." ucap bunda dengan lembut.
Icha merengangkan badannya "Iya bun, bentar lagi," ujar Icha dengan mata tertutup.
"Iya cepat, nanti telat sekolahnya." bunda lalu berjalan keluar.
Icha berjalan dengan mata masih terpejam dan juga badan sempoyan menuju kamar mandi.
Icha sudah duduk manis di depan meja riasnya, ia mengeringkan rambutnya lalu menyisirnya tidak lupa juga ia menambahkan sedikit vitamin rambut. Setelah siap berkutik dengan bukunya ia berjalan menuju bawah sambil bersenandung.
Dia berjalan menuju meja makan, ada siapa tuh pikirnya saat melihat seseorang yang membelakanginya.
"Pagi bunda," sapa Icha.
"Pagi sayang, sini duduk."
Saat sudah berada di meja ia melotot kaget, apa-apaan ini kenapa dia ada di sini.
"Bun, kok dia di sini sih." Icha menekuk mukanya.
"Jemput kamu sayang, hari ini kalian berangkat sama ya."
Icha memoyongkan bibirnya, "yaudah deh." pasrah Icha.
***
"Fan bangun udah pagi kamu mau jemput Icha kan." ujar mama.
Fano yang memang susah bangun tidak terganggu sama sekali.
Sang mama yang melihat sang anak masih tertidur pulas itu langsung menghela nafas, ia membiarkan Fano tertidur dan turun ke bawah.
Jam menunjukkan pukul 06.30, sudah saatnya ia bangun. Ia bersiap-siap lalu segera turun ke bawah dengan tas yang berada di pundak kirinya dan tak lupa tangannya ia masukan ke dalam saku.
"Fan kamu tidak mau makan dulu?" tanya mama saat melihat Fano sudah soap tetapi sang empu menggeleng kepala.
Fano mendekati mamanya lalu menyaliminya "Assalamualaikum," lalu beranjak pergi ke luar.
"Waalaikumssalam." lirih mama.
Sekarang di sini ia sekarang depan rumah calon nya, setelah mengetuk pintu berkali-kali akhirnya ia dipersilahkan masuk dan duduk di meja makan.
***
"Ayok kalian makan dulu, nanti telat sekolahnya." ujar bunda mereka mengangguk.
Mereka bertiga pun menyantap makanan dengan lahap, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Mereka berpamitan pada bunda lalu berangkat ke sekolah.
Kini mereka sudah berada di dalam mobil, tetapi yang terdengar hanyalah suara lagu yang terpurar di mobil itu.
"Fan berhenti!" pinta Icha.
"Kenapa?" tanya Fano.
"Aku turun di sini aja kak, aku cuma gak mau kalau nanti satu sekolah liat kita dan mereka natap aku kayak gimana gitu," jelas Icha.
"Hm." dehem Fano.
Icha meliat ke arah Fano, maksudnya apa ini. Fano mengiyakan dia turun atau tenggorokan dia lagi serek makanya dia kayak gitu atau gimana, pikir Icha.
Fano yang melihat Icha menatap bingung kearahnya lalu mengangguk.
"Makanya kak bersuara kek, jangan jadi orang tuli eh buta maksudnya," omel Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANCA
Teen FictionHai! Siapa coba orang di dunia ini suka dengan yang namanya 'perjodohan'. Mempunyai ikatan pernikahan tanpa adanya dasar cinta itu bukannya suatu hal yang mudah. Menikah satu kata yang diimpikan oleh banyak orang, tetapi tidak dengan perjodohan. Apa...