Chapter 10

274 35 15
                                    






"Paman hitung yaa, satu...duaa..."

Tanpa menunggu lagi, seorang anak lelaki dengan cepat menarik tangan gadis kecil di sebelahnya dan berlari ke arah menjauh dari tempat sang paman berada.

"...sepuluh."

Sang paman kemudian berbalik lalu menatap ke arah sekitar, mencari tanda yang mungkin bisa membantunya menemukan sosok yang ia cari.

"hihihi...."  Kikik gadis kecil itu, senang sekali melihat sang paman yang tak kunjung menemukan mereka.

"sttt!" Gadis kecil itu mengangguk paham ketika sosok di sebelahnya mengisyaratkannya untuk tidak mengeluarkan suara agar mereka tidak ketahuan.

"sttt!" Gadis kecil itu mengangguk paham ketika sosok di sebelahnya mengisyaratkannya untuk tidak mengeluarkan suara agar mereka tidak ketahuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketika melihat sosok di sebelahnya yang mencoba mengintip keberadaan sang paman, gadis kecil itu mencoba mengikuti. Tapi tak ada yang bisa ia lihat, pandangannya tertutupi oleh gagang tangga yang besar itu. Kemudian, ia memilih untuk melihat lewat celah di bawah gagang.

Disana, terlihat sang paman yang masih saja sibuk mencari mereka.

Memang tempat yang mereka tempati untuk bersembunyi ini lumayan jauh dan sudah jarang dilalui orang-orang. Oleh karena itu, kemungkinan sang paman tidak memperkirakan mereka ada disitu.

Setelah beberapa menit sang paman masih saja belum menemukan mereka berdua.

"aeyan..." panggil si gadis kecil dengan suara yang sangat ia pelankan agar suaranya tidak bisa terdengar oleh sang paman. Ya walaupun sebenarnya jika berbicara seperti biasa pun tidak akan di dengar karena jarak yang cukup jauh, tapi ia jaga-jaga saja.

"kenapa?" Jawab sosok yang di panggil Aeyan itu.

"bocan" Kata gadis kecil itu.

si anak lelaki terkekeh, lalu kembali menarik tangan si gadis kecil meninggalkan tempat itu.

"mana?" Tanya si gadis kecil.

Anak lelaki itu tak menjawab, ia menarik gadis kecil itu semakin jauh. Tak peduli bagaimana dengan sang paman yang sampai saat ini masih mencari mereka, sekarang yang ia pikirkan adalah bagaimana menghapus kebosanan si gadis kecil.

"Aeyan ngan jauh-jauh" sahut gadis itu menyadari mereka saat ini terlalu jauh dengan mansion.

"Edy mayah ati" lanjutnya, tapi masih tak kunjung mendapat respon dari sosok di depannya.

Matanya mulai berkaca-kaca, ia takut dimarahi oleh Daddynya.

"Gak marah, jangan nangis ya?" melihat si gadis kecil yang memberi tanda-tanda akan menangis, anak laki-laki itu dengan cepat berhenti lalu mengusap bulih air mata di ujung mata si gadis kecil.

ANATHEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang