3

660 111 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



03 : Fiancé








Entahlah, Jaehyun bersikap aneh hari ini. Dampak keanehan Jaehyun itu masih berlaku hingga sekarang. Aku sudah berada di rumah, tepatnya sudah terduduk di meja kerjaku. Sembari menggigit bibir bagian bawah, aku mengetuk-ngetukkan bolpoinku. Kembali mereka ulang kata-kata Jaehyun tadi.



Jaehyun tadi kelihatannya serius banget deh, apa aku salah ngomong sama dia?, batinku sembari memiringkan kepala.



"Ah udahlah, mungkin Jaehyun cuma sebatas khawatir aja." Gumamku menyangkal pemikiranku sendiri.



Tak lama, ketukan pintu ku dengar dan aku memperbolehkannya masuk. Bahkan dari ketukan pun aku sudah tahu siapa sang pelakunya.



"Nona, tamunya sudah datang." Aku mengangguk pada Karina, dia pun mempersilakan tamuku untuk masuk. Pertemuan kali ini menyangkut pengembangan real estate yang masih satu lingkup dengan wilayah kekuasaanku.



Saat aku sudah berdiri di depan sofa, tamu itu masuk bersama dengan sang asisten yang ku kira sudah merangkap sebagai bodyguard. Aku tak bisa melihat matanya dengan jelas karena kacamata hitam yang ia pakai.



"Siang nona Kim." Sapanya sembari membungkuk.



"Siang juga, pak Minhyun. Silahkan duduk."



Setelah kami berbasa-basi, Karina datang membawakan tiga cangkir teh hangat andalanku. Minhyun memuji teh tersebut, dan aku cukup terkesan dengan pengetahuannya akan filosofi sebuah teh.



Kami memulai ke inti pembicaraan, Minhyun menjelaskan dengan baik. Sama sekali tak ada celah, dia berhasil meyakinkanku untuk bekerjasama dengan perusahaannya.



"Saya udah meninjau latar belakang perusahaan nona Kim. Sejauh ini, semuanya sesuai dengan standarisasi perusahaan kami." Minhyun kembali menyeruput teh sembari tersenyum.



"Ah, ya. Terimakasih atas pujiannya. Saya harap kita bisa bekerjasama dengan baik ya pak." Aku menanggapinya dengan mengulas senyum juga. Semua perusahaan yang pernah bekerjasama denganku pasti hafal betul akan kondisi maupun latar belakang perusahaan yang dijalankan dengan transparan.



"Oh ya, nona Kim. Saya dititipkan amanat dari atasan saya." Minhyun sedikit berbisik kepadaku. Aku memiringkan kepalaku ke samping, bukankah dia adalah pemegang kekuasaan tertinggi di perusahaannya? Karina tidak meninjau lebih jauh tentang semua ini. Akibatnya aku agak kebingungan, sekaligus terkejut.



Ku lihat Minhyun menyuruh asistennya itu untuk membawa sebuah kotak berwarna hitam yang di kedua sisinya terdapat logo perusahaan berwarna emas. Sepertinya aku mulai mengerti ke mana arah pembicaraan ini. Mereka mencoba untuk menyuapku.



ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang