09 : Zorro
Taeyong menatap bingung padaku. Dia tentu belum tahu tentang peraturan yang sudah ditentukan itu. Aku menjelaskan kepadanya dan ia hanya terdiam saja. Ku rasa Taeyong sedang berpikir."Pantes aja selama ini kalau setiap malem aku susah buat masuk ke rumah kamu." Taeyong terlihat kesal.
"Jadi... aku harus gimana?" Tanyaku sembari menggigit bibir bagian bawah. Taeyong yang melihat itu segera merangkulku ke dalam dekapannya. Untuk sesaat, aku merasa tenang berada di dekat Taeyong. Ketenangan ini bahkan melebihi suasana pagiku yang tentram.
"Gak ada yang harus kamu khawatirin selama kamu sama aku. Jadi, ayo kita keluar dari rumah ini sekarang juga. Aku bakal jagain kamu."
"Gimana caranya? Kita jalan kaki dari sini?" Taeyong menggelengkan kepala.
"Lihat ini." Taeyong bersiul menggunakan ibu jari dan telunjuknya. Tetapi anehnya, siulan Taeyong itu sama sekali tak terdengar olehku.
"Yong, kamu lagi gak bercanda, kan?" Taeyong menghentikan siulannya.
"Nah, dia udah sampai. Sekarang, aku anterin kamu pulang." Aku masih tak mengerti. Taeyong menuntunku keluar melalui pintu belakang yang menghadap hutan.
Tiba-tiba saja ingatan pada mimpi burukku terulang. Aku sedikit memundurkan langkah, Taeyong menoleh padaku.
"Kenapa?" Tanya Taeyong.
"Hah? Oh... gak apa-apa." Responku memang sengaja menjadi lamban. Aku menelan ludah ketika Taeyong sudah berjalan.
"K-kita ke hutan?"
"Iya. Zorro udah nunggu di hutan. Gak jauh kok."
"Zorro? Siapa?"
"Kamu inget kuda hitam yang sempet ngehadang kamu di tengah jalan? Dia namanya Zorro, kuda jagoanku."
"Oh..." sahutku sedikit ragu.
"Jisoo, aku janji bakal antar kamu pulang dengan keadaan selamat." Taeyong berhasil meyakinkanku. Kami pun berjalan dengan tergesa-gesa ke arah hutan.
Benar saja, Zorro ada di sana dan sedang terdiam menunggu perintah. Taeyong membantuku naik sebelum ia juga ikut naik ke atas Zorro. Dalam hitungan ke tiga sesuai dengan arahan Taeyong, Zorro melaju sangat kencang hingga aku harus berpegangan ke tangan Taeyong yang memegang kendali dari belakang. Posisi ini kembali terulang lagi. Bedanya, aku tak lagi merasa canggung.
Aku mendengar suara lain yang datang dari semak-semak, aku menoleh ke arahnya. Sekelebatan bayangan seperti sedang mengejar kami. Kini aku mulai merasa takut lagi. Aku tak memberitahu Taeyong karena takut fokusnya terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradox
FanfictionHubungan kita layaknya sebuah paradoks, selalu dipenuhi kontradiksi ketika kita mencoba untuk menggunakan intuisi. Start 12-12-2020 End 17-12-2020 © _gzbae_