16

200 49 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



16 : Midsommar








Tiba di sebuah kota yang belum pernah ku kunjungi sama sekali membuatku harus kembali menyesuaikan diri. Eunwoo menyiapkan sebuah kamar untukku di sebelah kamar miliknya. Sementara aku masih mengitari rumah yang memiliki interior sederhana ini.



Ku lihat semua barang yang tertata dengan sangat rapi. Aku melihat sebuah meja yang dipenuhi oleh patung-patung kecil, dan patung itu terbuat dari keramik. Di antaranya ada patung dua orang pasangan suami istri yang terlihat bahagia, patung makhluk mitologi Yunani, dan sebuah patung kucing yang sangat lucu.



Tanganku menyentuh bagian meja yang nampak sangat bersih. Sebenarnya agak mengherankan juga bagiku bahwa seorang pria dapat hidup menyendiri di rumah sebesar ini tanpa bantuan AI ataupun asisten lain. Eunwoo memang lain dari yang lain.



"Kenapa, Jis?" Tanya Taeyong asli dari belakangku. Entah mengapa aku sudah terbiasa dengan kemunculannya yang sangat tiba-tiba.



"Oh? Ng-nggak. Ini... ada debu." Taeyong asli terkekeh menanggapiku.



"Santai aja, Jisoo. Panggil aku sesuka kamu." Taeyong berlalu dariku untuk membuka pintu di sebelah kamar milik Eunwoo.



"Eum... oke." Bagaimana bisa aku melakukannya ketika kebenaran tentang dua dari mereka terungkap. Tentu saja, bagiku secara personal mereka terasa sangat berbeda. Walaupun aku kerap menemukan sifat dari keduanya yang hampir mirip, mereka layaknya memiliki hubungan kandung.



Setelah keadaan sepi, aku memutuskan untuk kembali melihat Eunwoo yang masih berkemas.



"Woo, kamu mau ke mana?" Eunwoo menoleh ke arahku.



"Cuma mau keluar sebentar." Eunwoo tersenyum.



"Oh... hati-hati."



"Makasih, bu Jisoo."



"Panggil aku Jisoo aja. Umur kamu kan lebih tua daripada aku." Eunwoo tertawa.



"Kalau sama kak Jisoo sih aku lebih muda. Eh, maaf. Kak Josephine."



"Gak apa-apa. Santai aja sih." Ujarku pada Eunwoo. Aku seperti sedang menyindir diri sendiri yang belum bisa menghapuskan kecanggungan di antara aku dan Taeyong asli.



"Ya udah kalau gitu aku pergi dulu. Nitip ka Taeyong, ya." Sial, Eunwoo mengingatkanku kembali pada rasa canggungku. Mau bagaimanapun juga, aku masih merasa dikhianati oleh kenyataan. Mereka juga terpaksa menyembunyikan fakta karena misi balas dendam yang sedang diemban.



Akhirnya pilihan terakhirku adalah menonton televisi. Aku yang terbiasa mengurus segala hal untuk mencari kesibukan kini harus kembali merasa bosan setelah sekian lamanya.



ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang