18 : ∞
Minhyun menyuntikkan sesuatu tepat pada ceruk leherku, dan ku rasa saat itu aku sudah tak sadarkan diri.Saat aku kembali mendapatkan kesadaran, aku tak bisa mendengar apapun. Aku juga tak tahu di mana tubuhku berada saat ini. Yang jelas, tubuhku tak bisa bergerak pada ruang gelap yang sempit. Namun ku rasa aku masih terbaring.
Aku menyimpulkan bahwa ruang sempit ini adalah sebuah peti yang terbuat dari kayu. Sepertinya di dalam sini aku akan dikubur hidup-hidup.
Aku tak boleh diam saja, aku beberapa kali menendang penutup petinya hingga sedikit terdorong ke atas. Aku berhenti karena kakiku mulai terasa sakit. Kayu di peti ini sangatlah tebal. Dengan sedikit terdorongnya penutup peti ini, sekarang aku bisa mendengar keadaan di luar walaupun tidak begitu jelas.
Aku teringat sesuatu. Taeyong yang asli pernah memberikanku sebuah gelang penyelamat ketika aku masih berada di Norwegia. Aku hanya bisa berharap bahwa Taeyong akan menyelamatkanku.
Beberapa saat setelah aku mengharapkan sebuah pertolongan, samar-samar aku mendengar keributan dari luar. Peti mati ini terhempas hingga membuat tubuhku ikut terkena akibatnya. Rasa nyeri mulai menjalar di sekujur tubuh, akan tetapi aku masih bisa bertahan.
Penutup peti terbuka dan menampilkan wajah yang selama ini ku cari. Taeyong asli datang tepat di hadapanku. Akan tetapi, saat ia hendak membopongku, kepala belakangnya dihantam oleh pemukul baseball. Minhyun yang sudah berdarah-darah adalah pelakunya.
Taeyong sempat terdiam sejenak, bahkan ia sempat menyentuh darah yang sudah mengalir deras dari kepalanya. Akan tetapi, ia tak tumbang. Taeyong berbalik dan kembali menghadang Minhyun. Saat aku sudah terduduk di peti, aku melihat Taeyong mengeluarkan sebuah katana.
Bagaikan orang yang kerasukan, Taeyong memotong-motong bagian tubuh Minhyun dengan katananya yang sangat tajam. Aku tak mengerti dari mana dia bisa mendapatkan keahlian seperti seorang samurai sejati.
Minhyun yang sudah tak memiliki kedua tangannya itu ternyata masih hidup. Ia bahkan sempat tertawa ke arah Taeyong dan menantangnya untuk maju.
"Cuma segini aja kemampuan kamu, pak?! Ini tuh gak ada apa-apanya, pak direktur!" Teriak Minhyun, kemudian mulutnya menyemburkan darah. Jadi selama ini, Minhyun bekerja di bawah kendali Taeyong yang asli. Dan dia baru tahu bahwa orang yang ia anggap misterius adalah orang yang sedang dihadapinya.
Taeyong tak menanggapi ocehan Minhyun, ia menutup katananya dan berbalik ke arahku.
"Ayo kita pergi dari sini sebelum Jaehyun datang." Taeyong membopongku dan kami tiba dalam sekejap di dimensi dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradox
FanfictionHubungan kita layaknya sebuah paradoks, selalu dipenuhi kontradiksi ketika kita mencoba untuk menggunakan intuisi. Start 12-12-2020 End 17-12-2020 © _gzbae_