Halo semuanya!
Kembali lagi dengan cerita Laura🤗
Cerita ini sudah direvisi dengan bahasa yang lebih layak.
So, jangan lupa baca ulang yaa!!
****
Kenapa harus aku? Kenapa bukan dia?Mengapa ayahku tidak pernah menyayangiku seperti dia?
Mengapa aku tidak pernah dianggap olehnya?
Mengapa selalu aku yang disalahkan?
Mengapa?!
Tolong katakan padaku bagaimana caranya supaya bisa jadi dia?
Aku benar-benar lelah. Tuhan, ambil aku sekarang.
Prang!
Laura tersentak kaget saat mendengar suara pecahan kaca yang begitu keras. Tubuhnya sudah panas dingin bahkan lengannya berkeringat. Ia menutup buku diary-nya kemudian berjalan menjauhi meja belajar.
"Dasar pembunuh! Di mana kamu?!"
"Anak tidak berguna! Pembawa sial! Pembunuh sepertimu tidak pantas hidup di dunia ini!!"
Laura menutup telinganya erat-erat. Ia menangis mengingat kejadian kelam 3 tahun yang lalu.
Brak!
"LAURA, BUKA PINTUNYA!"
Laura menahan pintu saat papanya seperti ingin mendobraknya. Mati-matian ia menutup mulutnya supaya tidak mengeluarkan tangisan.
"DASAR PEMBUNUH! CEPAT BUKA PINTUNYA, SIALAN!!"
Laura menyenderkan punggungnya di balik pintu. Pertahanannya selama ini runtuh. Ia menangis meluapkan kesedihannya saat ini.
"Aku bukan pembunuh Pa ... tolong jangan sebut aku pembunuh."
"Hiks ... berapa kali aku harus bilang? Aku bukan pembunuh. Papa salahpaham."
"Jelas-jelas kamu sudah membunuh istri saya! Cepat buka pintunya! Saya akan menyeretmu ke penjara sekarang juga!!"
Laura menutup telinganya erat-erat sampai terasa sakit. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat kemudian berteriak. "AKU BUKAN PEMBUNUH! BERHENTI BILANG AKU PEMBUNUH, PA!"
"DASAR PEMBUNUH!!"
Prang!
Laura membanting vas bunga ke lantai. Cewek itu mengacak-acak barang-barang di sekitarnya. "BERHENTI! AKU PEMBUNUH!"
"Ma! Mama percaya kan, kalau aku bukan pembunuh?" Laura memandangi wajah ibunya di depan bingkai besar yang berada di kamarnya.
"Ayo Ma, bilang sama papa kalau aku bukan pembunuh. Aku capek, Ma. Papa jahat sama aku..."
"Aku udah nggak kuat. Aku mau ikut sama Mama..." lirihnya terisak ketakutan.
****
Tolong jadikan cerita ini sebagai pelajaran ya.
Satu pelajaran yang dapat kamu ambil di dalam cerita ini :
"Jangan pernah menuduh seseorang yang bahkan belum kita ketahui kejadian yang sebenarnya."
11 Desember 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
LAURA
Teen Fiction-Ayah, bukan cinta pertama, tetapi patah hati pertama. Luka terbesar. Mungkin segelintir anak saja yang beruntung mendapat (ayah) sebagai cinta pertama- 3 tahun lamanya Laura selalu difitnah pembunuh oleh ayahnya sendiri. Tuduhan itu berhasil membua...