10. You

199 17 5
                                    

Langit biru selalu jadi tempatku untuk bersembunyi dari kesedihan yang kualami disaat malam hari.

--

Malam itu menjadi pertanda. Menjadi saksi bisu diantara butiran bintang yang ikut melihatnya menangis. Alana yang masih berusia 8 tahun harus mengalami hal yang sangat ia tidak ingin kan. Bukan hanya dirinya, bahkan siapapun tidak akan mau mengalaminya.

Kedua orangtuanya harus pergi tepat dihadapannya. Ia masih ingat betapa kejamnya lelaki itu merenggut nyawa kedua orangtuanya disaat ia sedang mengalami kecelakaan.

Alana kecil sempat berfikir bahwa lelaki itu datang ingin membantunya membawa kedua orangtuanya kerumah sakit. Namun hal sebaliknya lah yang terjadi. Ia bukan membantunya, melainkan melenyapkan orang tuanya.

"Mama.. papa" Alana kecil hanya bisa mengucapkan kata itu disaat kedua mata orang tuanya tertutup sembari menancapnya sebuah pisau kearah jantung mereka secara bergantian.

"Jangan menangis adik kecil" Alana tau bahwa orang yang sudah menancapkan pisau itu adalah seorang remaja kecil.

Ia memiliki tubuh yang kurus. Berkulit putih pucat. Penampilan yang berantakan. Rambut lurusnya yang sedikit panjang bahkan menjuntai jatuh mengenai wajahnya.

Alana kecil yang saat itu tidak tau apa-apa, ia hanya bisa menjatuhkan air matanya dan menggoyang-goyangkan tubuh kedua orangtuanya sembari berusaha membangunkan mereka. Namun lelaki itu malah menariknya dan memeluknya erat. Alana takut. Ia bahkan sangat takut.

"Apa Aku juga boleh ikut sama mama papa? Kakak bisa menggunakan itu juga kepadaku kan? Aku mau bersama mama dan papa"

Alana kecil menangis lagi. Ia menatap sedih kearah jasad orang tuanya yang sudah dilumuri dengan begitu banyak darah.

"Tidak adik kecil. Kau harus hidup. Dengan begitu, kau bisa membalaskan semua perbuatan ku pada orang tuamu yang malang ini" Alana yang memang bingung, ia segera melihat wajah lelaki yang seram itu.

"Tapi Aku cuma mau sama mama papa. Kenapa kakak membuat mama sama papa begitu? Bukankah kakak bisa membawa kami kerumah sakit saja? Kenapa harus menusuk mama dan papa Alana?"

Lelaki itu tersenyum lagi. Ia mengelus lembut kepala Alana kecil.

"Aku hanya membebaskan kedua orang tua mu. Mereka tidak akan bertahan meskipun dibawa kerumah sakit. Kecelakaan yang kalian alami sangat parah. Untung kau tidak berada di depan bersama mama mu. Sehingga yang mengalami hal fatal hanya mereka berdua" lelaki itu menggendong Alana.

"Lepaskan Aku kak. Aku mau bersama mama dan papa.. Lepaskan!"

Alana berusaha meronta. Namun lelaki itu sudah lebih dulu membawanya pergi keluar dari hutan yang menjadi tempat Alana dan kedua orangtuanya bertemu untuk yang terakhir kalinya.

"Tenanglah... Aku akan membawamu ketempat yang lebih baik. Kau akan dikasihi, disayang dan akan mendapatkan kehangatan seperti yang dilakukan orang tua mu"

"Gak mau! Lepas!" Alana memukul punggung lelaki itu, namun ia tidak berhenti. Ia terus berjalan sembari menggendong Alana.

"Besok polisi akan datang menjemput mama dan papamu. Mereka akan menyemayamkannya dengan layak. Percayalah padaku"

"Mama... Papa" Alana terus menangis. Ia begitu merasa sangat sedih atas semua hal yang ia alami. Dengan begitu lemasnya, ia menyenderkan kepalanya dibahu lelaki itu. Ia menutup kedua matanya, namun sebelum ia jatuh kealam bawah sadarnya. Alana sedikit mendengar ucapan lelaki itu.

MY PSYCHO MY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang