3. Why you Gio?

382 22 2
                                    

Pagi itu, kilasan masa lalu seolah datang menghatam tidur nyenyak dari seorang pria. Ia memejamkan kuat matanya seolah ingin kabur dari belenggu itu.

"Lepas! Lepaskan dia!" Ucapnya menahan sesak diantara kesadarannya yang tidak bisa kembali kealam sadarnya. Keringat sudah membanjiri tubuhnya.

"Lepaskan dia brengsek!" Ucapnya lagi sampai membuat seseorang di sebelahnya terbangun dan sedikit terkejut.

"Gio.. Gio! Bangun sayang" Alana menggoyang-goyangkan tubuh Gio yang sudah basah oleh keringat. Sedikit kekhawatiran muncul dalam benaknya.

"Gio!" Teriaknya lagi membangunkan kekasihnya itu.

"TIDAK! RAFAELA!!!" Gio berteriak sadar dan langsung bangun dari tidurnya. Ia terengah-engah dan menatap sekitarnya. Matanya menoleh memandang wajah syok Alana.

Rafaela? Nama siapa itu? Dan apa hubungannya dengan Gio kekasihnya?

"Lana" Gio menyentuh wajah Alana dengan lembut. Ia membawa tubuh gadis kecilnya itu kedalam pelukannya.

"Rafaela... Siapa dia?" Seketika sekujur tubuh Gio bergetar. Ekspresi terkejut pun tidak dapat ia sembunyikan. Bagaimana Alana dapat mengetahui nama itu? Nama yang bahkan Gio sendiri sudah berusaha untuk melupakannya.

"Kenapa? Aku hanya bertanya. Tadi kau bermimpi dan menyebutkan nama itu" Alana menengadahkan kepalanya dan menatap lekat mata Gio.

"Dia... Dia hanya teman masa kecilku" berbohong adalah jalan terbaik bagi gio saat ini.

"Oh gitu. Aku kirain siapa. Yaudah yuk tidur lagi"

Alana kembali membaringkan tubuhnya dan tubuh Gio. Ia memeluk erat tubuh Gio dan kembali memejamkan matanya. Sedangkan Gio, ia memilih untuk terus terjaga. Bayangan masa lalu itu sungguh menyiksanya. Kesalahan yang telah ia lakukan membuatnya harus menerima konsekuensi seperti tidak dianggap lagi oleh orang tuanya.

Gio memijit pelipisnya. Jika dibandingkan dengan semuanya, Alana memang tidak terlalu berharga dalam hidupnya. Hanya saja, ia tidak sanggup jika harus menerima permintaan kedua orang tuanya.

"Dia yang terbaik. Tidak sadarkah kau Gio?! Kau sendiri yang telah merusaknya. Kau menghamilinya! Dan kau ingin meninggalkannya? Hanya demi wanita yang baru saja kau kenal?"

"Ma, please. Gio gak mungkin nikah sama Rafaela. Itu.. itu terjadi semua karena kesalahan. Gio mabuk ma!"

"Mama sama papa gak perduli Gio. Kau anak dari seorang pebisnis besar, Nicolas Putra! Apa kau tidak merasa malu sedikitpun? Kau ingin mencoreng nama baik keluarga kita Gio?! Cepat nikahi Rafaela atau kau... Tidak kuanggap anak sama sekali"

"Oke, kalau begitu Gio memilih untuk gak dianggap anak sama papa. Apa papa gak ngerti juga? GIO GAK CINTA SAMA RAFAELA!"

"Dan apakah kau juga tidak mencintai anakmu? Calon penerus mu? Kau tidak mencintainya? JAWAB PAPA!"

Gio mengusap kasar wajahnya setelah ia mengingat kembali ucapan orang tuanya sebelum ia memilih untuk pergi dari rumah dan tinggal bersama dengan Alana.

Anak? Siapa yang tidak mencintai anaknya sendiri? Bahkan Gio pun tidak bisa menjawab pertanyaan orang tuanya karena kenyataannya ia memang sangat mencintai anaknya. Ia ingin anaknya. Tapi tidak dengan ibu dari anaknya.

Gio juga tau bahwa Rafaela saat ini tinggal dirumahnya. Mamanya begitu sangat menyayanginya. Dan itulah alasannya kenapa ia tidak pernah membawa Alana kerumahnya. Ia tidak pernah memperkenalkan Alana kepada kedua orang tuanya. Karena sebelum semua terencana dalam otak kecilnya. Orang tuanya sudah lebih dulu menolaknya dan mengatakan jika ia tidak akan pernah mengenal Gio, sebelum Gio melepaskan Alana dan menikah dengan Rafaela.

MY PSYCHO MY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang