Tidak semua hal dapat dimaklumi. Terkadang, hati juga butuh pelampiasan sekedar untuk menenangkan raga yang telah letih bersandiwara.
--
Malam itu, semua sudah terputus kan. Tekat kuat Alana untuk pergi sudah bulat. Ia tidak boleh egois. Ia harus menguatkan hatinya. Keberadaannya hanya akan membawa keburukan yang lebih besar untuk Gio.
Walaupun Alana telah menerima sikap benci lelaki itu terhadapnya. Ia tetap tidak membencinya. Walaupun Gio sudah merusak harga dirinya, merendahkannya bagaikan seseorang yang tidak berharga. Ia tetap tidak membenci lelaki itu.
Sejak malam itu, ia pergi ketempat asalnya, yaitu panti asuhan. Ibu asuh yang sudah merawatnya sejak kecil menatap sedih mendengar ceritanya. Tidak bisa ia pungkiri bahwa tindakan Alana sudah benar. Ia memang harus pergi dari kehidupan Gio. jika ia tetap ingin menjadi seorang wanita yang baik, yang bisa memahami bahwa ada orang lain yang lebih terluka jika dirinya tetap tinggal disisi Gio.
"Apa kau akan datang?" Sarah memberikan minuman hangat kepada Alana. Sudah dua minggu kejadian itu berlalu. Namun Alana masih merasa tidak baik. Ia menelan kepedihan itu dengan menangis setiap malamnya. Meratapi dirinya yang begitu sialnya harus menanggung luka dengan merelakan kepergian orang yang dicintainya. Namun kembali harus merasakan perihnya perkataan Gio padanya.
"Lan. Lu tau kan dia ngundang lu untuk datang keacara pernikahannya?" Alana hanya mengangguk.
"Emang dasar gak ada otaknya tuh orang ya. Gak tau malu! Perut tuh cewek udah segede gaban. Tinggal meletusnya lagi tuh. Prediksi gue sih sekitaran satu atau dua minggu lagi"
Alana kembali mengangguk. Ia tau sebentar lagi Rafaela akan melahirkan. Dan hal itu pasti akan membuat Gio bahagia.
Kemarin, Gio datang ke panti. Ia memberikan sebuah undangan kepada Alana dan berkata bahwa ia harus datang keacara bahagianya. Bahkan Gio juga mengatakan akan lebih bagus jika Alana datang bersama kekasih barunya. Agar dirinya tidak terlalu merasa malu saat menghadiri acara besar Gio dengan Rafaela.
"Lu dateng? Jawab kek. Gue berasa ngomong sama orang bisu"
"Ia. Aku akan datang"
"But why? Lu jelas tau dia cuma mau malu-maluin lu doang. Dia cuma mau lu merasa sedih Lan!" Sarah berdiri dan menatap Alana kesal.
"Oke kalau lu mau datang keacara si brengsek itu. Tapi gue sama Ratih bakal ikut" ucapnya yang membuat Alana langsung menggeleng kuat. Ia tidak mungkin membawa kedua sahabat gilanya itu kesana. Ia tidak ingin membuat kedua sahabatnya itu mendapat perlakuan yang tidak baik disana. Secara, mereka berdua tidak diundang.
"Gak usah Rah. Biar aku aja yang kesana. Aku cuma sebentar doang kok"
"Tapi Lan"
"Gak usah. Aku bahkan gak akan berdiam disana lebih dari sepuluh menit" Alana mencoba meyakinkan sahabatnya.
Sarah mengangguk dan memeluk sahabatnya itu. Udara di teras panti terasa sangat menyegarkan. Mereka berdua terus berpelukan sampai tidak menyadari ada seseorang yang sedang menatap mereka dari dalam mobil sambil tersenyum hangat.
"Tuan... Kenapa anda tidak turun saja? Kita sudah mengawasi nona itu lebih dari dua minggu. Kenapa anda tidak turun dan datang kesana?" Devon tersenyum kepada supir pribadinya itu. Seseorang yang sudah tampak tua dan sedikit keriput. Seseorang yang selalu Devon hargai melebihi orang tuanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PSYCHO MY LOVE
Romance21+ "You're mine. Tidak ada seorangpun yang boleh memilikimu selain aku. Tidak ada seorangpun yang boleh merebut mu dariku. Dan tidak ada seorangpun yang boleh membuatmu menangis, bahkan diriku sendiripun tak berhak! Aku akan melenyapkan siapa sa...