15. wedding

227 21 2
                                    

Terikat dan mengikat.

--

Alana duduk dengan melipat kedua tangannya. Ia merasa gemetar menunggu acara itu mulai berlangsung. Acara yang akan membuatnya dan menjadikannya sebagai wanita yang sah untuk Devon.

Gaun panjang yang terlihat menawan dengan bagian dada yang sedikit rendah namun terkesan sederhana tapi megah. Membuat penampilannya nyaris saja menyentuh kata sempurna. Bagi mereka kalangan atas, pakaian Alana mungkin hanya sekedar bagus. Tapi baginya, gaun ini sangatlah bagus.

Panjangnya bahkan menyentuh lantai. Gaun itu berkibar mulai dari pinggangnya dan menjuntai jatuh dengan lebarnya. Gaun itu dihiasi berlian-berlian kecil yang berada disekitaran dada, pinggang dan ujungnya. Sangat sempurna dan mewah. Alana mungkin tidak tau jika harga gaun yang ia pakai bisa membeli satu apartemen.

Devon secara tidak langsung memberikannya kejutan itu. Setelah sekian banyak butik yang ia datangi dengan Devon. Namun tidak ada satupun yang membuat lelaki itu terkesan. Hingga dengan mau tidak mau, Devon terpaksa harus menerbangkan perancang busana paling terkenal yang ada di kampung halaman Steve.

"Wow! Kau sangat cantik. Pilihan si tampan itu memang tidak pernah salah. Warna putih ini cocok sekali dengan mu"

Salah satu perias datang dan mulai memasangkan sebuah mahkota kecil di kepala Alana. Rambutnya yang di sanggul dengan sedikit juntaian dari anak rambutnya membuatnya terlihat sangat seksi.

"Kau terlalu memujiku" Alana merasa malu. Bahkan wajahnya sudah memerah. Untung saja riasannya sedikit membantunya menyembunyikan wajah merahnya itu.

"Baiklah hehehe. Ayo kita keluar, acaranya sudah dimulai" Alana mengangguk dan mulai menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembusnya dengan pelan. Lalu setelahnya ia mulai berjalan.

"SEKARANG, MARI KITA SAMBUT PENGANTIN WANITANYA"

Alana dapat mendengar pembawa acara itu mulai memanggil dirinya. Ia segera berjalan. Namun langkahnya terhenti karena kehadiran ibu asuhnya.

"Ibu..."

"Oh anakku. Kau sangat cantik" ia memeluk Alana. Sedikit air matanya keluar dan Alana langsung menghapusnya.

"Jangan menangis ibu" Susi menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Ia mengambil sesuatu didalam tasnya dan menunjukkannya kepada Alana.

Alana tertegun menatap sebuah kalung yang diperlihatkan oleh ibunya ini.

"Ibu bahagia. Ibu sangat bahagia, karena pada akhirnya kau akan menikah dengan lelaki yang begitu sangat mencintaimu" Susi memasangkan kalung itu di leher Alana.

"Ini adalah hadiah dari ibu. Meskipun tidak terlalu bagus. Tapi ini adalah lambang bahwa kau adalah anak ibu. Anak ibu yang sangat ibu cintai" Alana menyentuh kalung yang dihiasi dengan satu butir berlian itu dan tersenyum menangis. Ia memeluk ibunya dan mencium pipi wanita tua yang selalu menjadi alasannya untuk bersemangat dalam menghadapi kesulitan hidupnya.

"Aku mencintaimu bu" mereka berdua saling berpelukan. Sampai akhirnya Steve datang dan memanggil Alana.

"Alana" Alana menghapus air matanya dan melihat kearah Steve.

"C'mon" Alana mengangguk dan tersenyum kearah ibunya yang langsung disambut anggukan oleh Susi. Ia mulai berjalan kearah Steve dan melingkarkan lengannya di lengan Steve.

"Wah... Akhirnya aku bisa menjadi penggiring mu" Alana terkikik dan mulai berjalan bersama Steve menuju kealtar. Tempat yang sudah lebih dulu Devon datangi sembari berdiri menunggu kedatangan Alana.

MY PSYCHO MY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang