[COMPLETED] Mature content!
Sebagian diprivat, follow untuk membaca!
Kau tau artinya memiliki?
Itu artinya aku tidak akan pernah melepaskanmu apapun yang terjadi.
Kau hanya akan menekuk lututmu dihadapanku, membuka matamu untuk melihatku, dan berser...
Terima kasih udah nemenin aku sampai ke chapter terakhir ini
I purple you 💜
Udah? Oke let's get it!
🔞Warning: Mature, bad words, sex content
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi ini, Jimin bangun lebih dulu sekalipun tubuhnya masih enggan untuk beranjak dari kasur hangatnya. Setelah perdebatan semalam, Haerin berakhir tertidur di pelukan Jimin sebab kelelahan setelah menangis. Jimin berbaring menyamping seraya menatapi paras elok calon istrinya yang terterpa sinar matahari sehingga menambah kecantikan wanita tersebut.
Sesekali mengelus dengan sayang, berakhir membubuhkan kecupan di seluruh wajah wanita yang masih tertidur sebab gemas sekali melihat Haerin yang tertidur dengan tenang tanpa terganggu sekalipun sejak tadi Jimin telah melakukan banyak pergerakan guna membangunkan sang jelita.
"Jim...Eungghh!" Lenguh Haerin kala ciuman Jimin berangsur turun dan berakhir mengulum nipple Haerin yang masih terbungkus kaos oblong, Haerin tidak pernah memakai bra saat tidur, kata Jimin tidak baik untuk kesehatan. Selain itu juga memudahkan Jimin saat ingin menyusu.
"Ayo bangun, aku lapar sekali Ri." Jimin menghentikan aktivitasnya, mendongak guna menatap Haerin yang kini juga menatapnya.
"Lapar? Kau ingin makan mie instan lagi?" Tanya Haerin dengan mata yang masih setengah terpejam.
"Kalau begitu makan kau saja bagaimana?" Jahil sekali memang, jika sedang dalam mode baikan, Jimin tak segan untuk melontarkan kata-kata jahil guna membangunkan sisi Haerin yang liar, yang Jimin rindukan.
"Aku masih ngantuk sekali Jim!"
Jimin tak menjawab, namun pergerakannya lah yang menjadi jawaban. Jemari pria itu menari dengan sangat lincah diatas kulit Haerin yang terekspos. Mengusap sesuatu dibawah sana yang akhirnya membuat tubuh Haerin melengkung dengan indah.
"Bangs*at Jim!!" Umpat Haerin dengan keras, setelahnya meremat dengan kuat surai Jimin yang telah memanjang.
Jimin tersenyum dibawah sana, inilah yang ia rindukan dari Haerin, pengumpat handal yang selalu membuatnya bertekuk lutut di hadapan liang kewanitaannya.
Pria itu menarik kain tipis yang beberapa detik lalu menjadi pembatas antara jari-jarinya dengan sesuatu yang basah diantara paha Haerin. Membuka paha wanitanya lantas menyapukan lidah diatas benda kenyal yang mampu membuat Jimin menggeram setiap mereka bersenggama.