Selamat Membaca
Lusa aja tante.
Rexa membalas pesan Tante Erika. Ketika beliau memberitahu pilihan tentang jadwal penerbangannya ke Perancis. Antara hari ini atau lusa. Rexa memilih lusa karena ia belum berpamitan dengan Altaf. Ia berniat nanti setelah pulang sekolah untuk menjenguknya dan mengatakan tentang keputusannya pergi ke Perancis. Ia bertekad akan membuang jauh-jauh rasa takutnya. Rexa meletakkan ponselnya di saku. Berjalan riang di koridor sekolah yang mungkin akan ia rindukan nantinya.
Fyuh, Rexa menghembuskan nafas lega. Hari ini ia bisa kabur dari cengkeraman Rayna dan Mia. Mereka tak lagi menggelayuti lengannya sepanjang hari seperti kemarin. Mungkin sudah lupa dengan kesedihan mereka tentang kepergian Rexa. Makanya ia kini sudah bebas lagi keman-mana tanpa dikawal dua teman dekatnya itu. Rexa menuju perpustakaan saat jam pelajaran terakhir kosong. Karena guru mereka sedang rapat untuk membicarakan rencana jam tambahan kelas 12 untuk memantapkan ujian kelulusan.
Rexa lebih memilih untuk merevisi naskah ceritanya dahulu. Sebentar lagi ia pasti akan selesai dan setelah itu ia akan fokus belajar. Rexa memasuki ruang perpustakaan. Tak lupa ia membawa serta laptopnya. Naskah ceritanya hampir siap kirim tinggal ia revisi lagi.
Beberapa menit kemudian, Rexa pun sudah asik membaca ulang naskah cerita itu. Sesekali ia menghapus dan menambah kata yang tak sesuai di dalam naskahnya. Tangannya dengan lincah, terus saja menari di atas papan keyboard. Suasana di perpustakaan yang hening menambah fokus Rexa dalam merevisi naskahnya. Di sana hanya ada dua orang siswa dengan dirinya ditambah seorang guru piket yang bertugas menjadi penjaga di depan ruang perpustakaan.
Tak terasa satu jam kemudian telah berlalu. Rexa memang tak berniat masuk ke kelasnya hingga jam pulang nanti. Alasan pertama karena jika ia merevisi naskahnya di kelas bisa-bisa ia tak fokus karena terganggu oleh keributan kelasnya. Alasan kedua karena Rexa malas berada di kelas, cewek itu akan terus-menerus menatap bangku tempat duduk Altaf yang kosong melompong.
Kenapa cowok itu absen lagi? Sakitkah? Apa gue harus njenguk dia baru gue tau kenapa dia absen? Pikiran itu yang terus berputar di kepala Rexa ketika matanya menatap bangku Altaf. Maka dari itu Rexa memilih untuk ke perpustakaan, menenangkan semua pertanyaan yang selalu berkecamuk. Ia juga akan berusaha fokus merevisi naskahnya untuk melupakan Altaf.
Rexa menggerak-gerakkan tubuhnya yang terasa pegal. Kedua tangannnya ia angkat ke atas untuk merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Tiba-tiba saja ia menyadari jika Luna sudah berada di sebelahnya. Cewek itu sedang asik memainkan ponselnya. Ketika tahu Rexa menyadari keberadaannya, ia pun menyapa Rexa. Entah kenapa ia ramah sekali pada Rexa. Luna bercerita ini itu pada Rexa dan Rexa juga membalas perlakuan Luna sama baiknya demi sopan santun.
Topik pembicaraan mereka berlanjut, Luna tiba-tiba saja membahas buku novel yang baru-baru ini terbit. Rexa menatap Luna yang terlihat heboh membahas tokoh utama dalam novel itu. Rexa juga menanggapi celotehannya tentang isi buku itu.
Tak lama kemudian Luna merengek pada Rexa, "Rekomendasiin novel dong," Luna menunjuk kearah deretan rak buku fiksi di perpustakaan.
Rexa pun bangkit diikuti oleh Luna. Ia tak curiga sama sekali akan perubahan sikap Luna padanya yang tak seperti biasanya. Mereka pun berjalan menuju salah satu rak buku fiksi. Jari Rexa menelusuri satu persatu buku novel. Dengan teliti matanya membaca judul demi judul pada masing-masing buku novel. Ia juga mengingat-ingat isi buku-buku itu yang pernah ia baca sebelumnya. Jarinya berhenti di salah satu buku, mengambilnya lalu membuka-buka halaman pertama pada buku tersebut.
"Lo harus baca novel ini, menurut gue ini tuh keren banget. Alurnya susah ditebak dan karena novel ini karya penulis favorit gue sih jadi gue suka," Rexa juga mengambil salah satu buku lagi "Atau yang ini juga bagus, fantasinya luar biasa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AdeRa [End]
Fiksi Remaja"Siapa cewek yang paling lo sayangi? awas aja kalo lo jawab 'bunda' lagi," "Rexa," Sial. Gara-gara keinget perkataan Altaf kok aku jadi aneh gini? Sebenernya wajar sih aku kan sahabatnya dari kecil sering kemana-mana bareng jadi ya normal-normal a...