PPS-4

3.1K 365 17
                                    

Hari ini hari paling sibuk bagi Shirin maupun Sunghoon karna sekarang Shirin mau tak mau harus membereskan rumah barunya dengan Sunghoon.

Rumah cukup besar yang akan sepi jika hanya dihuni 2 orang saja.

Astaga ia lebih baik menyewa apartment daripada rumah seperti ini Shirin tak sanggup jika harus mengurus dan membersihkan rumah sebesar ini.

Sangat melelahkan jika harus mengurus rumah yang ukurannya besar seperti ini. Shirin harus membagi jadwal bersih-bersih dengan Sunghoon jika seperti ini. Tapi kemungkinan besar mereka berdua harus membersihkan rumah bersama-sama agar rumahnya cepat bersih.

Shirin juga yakin pasti akan sangat kewalahan jika harus mengurus rumah seperti ini dan dia juga harus mengurus Sunghoon. Ah jangan lupakan satu hal sekarang dia adalah ibu rumah tangga yang masih berstatus sebagai siswa SMA.

"Nyewa pembantu nggak? Rumah sebesar ini juga bakalan bikin kita repot apalagi kita masih sekolah dan juga kita cuma tinggal berdua doang pasti bakalan sepi" ucap Sunghoon seraya mendekat kearah Shirin.

"Yaudah bikin anak biar nggak tinggal berdua doang. Biar rame rumahnya" timpal Shirin asal ceplos tanpa berpikir dahulu tentang kalimat yang baru saja ia lontarkan.

"Kamu mau?"tanya Sunghoon lembut tapi dengan jantung yang berdebar-debar.

"Mau apa?"tanya Shirin tak mengerti arti pertanyaan yang Sunghoon lontarkan.

"Bikin anak sama aku"timpal Sunghoon lembut.

Oh ayolah Sunghoon tak pernah menggunakan nada tinggi bahkan nada ketus kepada Shirin. Tapi sangat berbanding terbalik dengan Shirin yang setia menggunakan nada ketusnya itu terhadap Sunghoon.

Bahkan Sunghoon yang menggunakan logat aku kamu akan dibalas dengan logat gue lo sama Shirin.

Ah mungkin Shirin akan menggunakan bahasa santun jika ada orangtua dan mertuanya.

"Ya nggaklah ngaco lo! Ya kali gue mau bikin anak sama lo diusia gue yang masih piyik"tolak Shirin mentah-mentah.

Siapa tadi yang mengusulkan untuk membuat anak agar rumah ini tidak sepi? Tapi siapa juga yang menolak untuk membuat anak dengan alasan usia piyik.

"Yaudah"

"Nyewa pembantu nggak?"tanya Sunghoon mendekati Shirin.

"Gue tanya nyokap dulu ya soal itu" timpal Shirin seraya menata baju Sunghoon ke dalam lemarinya.

"Kenapa harus tanya Mama kamu? Kan yang punya rumah kita. Kita bisa pecahin masalah kita sendiri dengan diskusi berdua"ucap Sunghoon tak mengerti dengan jalan pikiran Shirin.

"Bukan gitu sayangku...gue harus gini emang kalau mau dicap menantu yang the best sama Mama lo dan gue harus konsultasi apapun itu ke Mama.. Gue masih remaja pikiran gue belum bisa diajak mikir yang mateng-mateng. Gue takut nanti kalau kita yang bikin keputusan endingnya ngerugiin kita"ucap Shirin seraya menutup lemarinya.

"Ngerti?"tanya Shirin seraya menatap Sunghoon yang juga sedang menatapnya.

"Coba jadi dewasa tanpa bantuan orang lain emang nggak bisa?"tanya Sunghoon secara perlahan takut menyinggung perasaan Shirin.

"Bukan nggak bisa" Shirin mulai menghela nafasnya.

"Tapi gue perlu belajar dari Mama dan lo tinggal diem aja oke?"ucap Shirin pada akhirnya diangguki oleh Sunghoon.

"Gue telpon Mama dulu kalau gitu"

Shirin mulai mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi Mamanya. Memang dia masih perlu bantuan Mamanya untuk mengambil keputusan seperti ini.

Perjodohan√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang