୨୧ Perjalanan waktu ୨୧

313 25 1
                                    

Rumah yang runtuh didepan mata disertai ada dua temannya didalam rumah itu membuat solar shock berat. Sampai lututnya lemas dan dirinya tidak bisa bangkit berdiri lagi.

Setelah kejadian thorn diculik. Dan ditambah ini. Solar sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Dengan teriakan, dirinya melampiaskan rasa sesaknya selama ini.

Padahal mereka baru bersama setelah sekian lama berpisah dikarnakan SMA yang berbeda, mereka dipisahkan lagi oleh kejadian ini. Entah apa yang terjadi didalam sana, solar tidak bisa berfikir jernih karena kejadian ini. Difikirannya hanya kematian dan berakhir mati.

Fikiran nya ini cukup membuat nya tersiksa ditambah penyiksaan itu tidak ada habisnya seakan dirinya menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian itu dan kejadian penculikan thorn.

"Seandainya.... Seandainya.... Seandainya aku bisa memutar waktu... Seandainya... " Batin solar.

Ditengah kesedihan yang diderita oleh solar. Secara tiba-tiba saja sesuatu yang bergerak dari reruntuhan itu mengeluarkan sebuah cahaya dan itu membuat solar terkejut dan menatap kearah cahaya itu.

"Ternyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata.... Bukan... Blaze... " Batin solar.

Karena dihantui penasaran, solar berdiri dan menghapus air matanya. Lalu dirinya berjalan perlahan kearah sumber cahaya. Ia sekuat tenaga menyingkirkan reruntuhan itu yang menimpa cahaya itu. Setelah ia singkirkan beberapa, ia menemukan sebuah liontin yang bercahaya terang.

Sedikit penasaran dengan benda itu. Tanpa sadar, tangannya bergerak sendiri seakan ingin mengambilnya. Jari jemari solar hampir menyentuh liontin itu dengan secara tiba-tiba saja, liontin itu meledak dan mengakibatkan solar terpental dan terbentur oleh sebuah batu yang mengakibatkan dirinya kehilangan kesadaran.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Solar! "
.
.
.
.
.

"Solar! "

Suara samar-samar itu yang semakin lama semakin jelas. Namanya terus menerus dipanggil, itu menyebabkan dirinya terbangun.

Mendapati diri berbaring di sebuah rumput, ia pun mencoba untuk bangun. Meski kepala nya masih sedikit sakit karena sesuatu (?) diingatannya memproduksi bahwa rasa sakit itu timbul karena dirinya terbentur oleh batu yang keras.

Melihat sekeliling, ia menyadari bahwa ada seseorang yang dari tadi mengguncang- guncang dirinya.

"Sudahlah"

Ucapnya sebelum kemudian ia menghentikan nya dengan mencengkram pergelangan orang itu lalu menatap nya.

Matanya membulat serta pupil yang mengecil karena melihat siapa yang ia cengkram.

PERTEMANAN ༺ 2 ༻ [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang