୨୧ Berhasil ୨୧

141 14 0
                                    

"Taufan?... "

"Teman-teman... "

Thorn menyadari bahwa ada yang tidak hadir diantara mereka.

"Blaze... Di.. Dimana blaze? "

Teman-temannya tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan Thorn. Hal ini membuat Thorn semakin yakin jika ada sesuatu yang terjadi pada blaze.

Dan taufan juga masih memeluknya kembali menangis setelah mendengar nama blaze tersebut.

"Setelah dia membantai satu persatu penjaga... Apakah... Dia tertangkap?.. "

Perasaan yang tidak menyenangkan ini membuat Thorn merasa sangat khawatir terhadap keadaan blaze sekarang.

"Apakah... Dia baik-baik saja? "

"Padahal... Aku belum sempat mengatakan sesuatu kepada nya.. "

Taufan merasa Thorn tidak membalas pelukan nya membuat taufan menoleh ke arah Thorn. Sepertinya Thorn sedang melamunkan sesuatu.

"... Thorn.... "

Panggilan itu membangunkannya dari lamunan dan segera menatap orang yang memanggilnya.

"Apa... Yang kau pikirkan? "

Pertanyaan taufan ini membuat Thorn sedikit terdiam, paling tidak sebelum ia menjawabnya dengan sedikit ragu.

"Apakah... Blaze masuk penjara? " Tanya Thorn.

Taufan terdiam karena pertanyaan Thorn. Ia sebenarnya tahu bahwa Thorn memang tidak mengetahui kejadian sebenarnya, tetapi jika ia memberitahukan kebenarannya maka Thorn akan sakit kembali.

"Tidak... Dia... Sedang tidak enak badan... Aku yakin... Dia akan menjenguk mu.. Nanti" Ucap taufan berusaha membuat senyuman diwajahnya.

Jawaban taufan tidak memuaskan dirinya, seakan pertanyaan nya hanya dijawab sebagian dan tidak dijawab dengan sepenuhnya, ditambah dengan ekspresi nya yang seakan menyembunyikan sesuatu. Melihat dari reaksi mereka tentang blaze, sepertinya terjadi sesuatu yang lebih buruk dari pemikirannya sekarang.

Ini membuat thorn jadi ikutan sedih. Melihat Thorn sedih membuat taufan juga ikut sedih.
Dirinya tidak berhasil menghibur Thorn.

"Maaf Thorn... Aku hanya berharap... Kau tidak terlalu memikirkan blaze.. " Batin taufan.

Nampaknya situasi saat itu membuat keadaan menjadi semakin buruk. Disaat genting itulah, solar teringat sesuatu.

"Sebetulnya... Aku tidak berharap lagi dengan liontin itu... " Batin solar.

"Yang ku ingat saat memakai liontin itu adalah... Kesalahan yang terus berulang.. " Batin solar.

"Dan aku juga tidak pernah menggunakan nya setelah dua tahun lamanya setelah kejadian itu.. " Batin solar.

"Memang nya.. Masih bekerja? " Batin solar.

Ia menatap pergelangan tangannya yang menyimpan liontin itu. Liontin itu ia jadikan sebagai gelang karena entah kenapa ia seakan mengecil. Liontin itu memang bercahaya kembali setelah ia terus menerus memakainya sampai pada akhirnya sempat mati. Dan sekarang cahaya itu sudah meredup dan hampir hilang.

"Jika aku diberi kesempatan... Aku tidak akan.. Mengulangi hal yang sama... " Batin solar.

Sebenarnya dirinya sudah melupakan cara kerja alat itu. Tetapi ia ingat pertama kali ia menemukannya dan menyentuh nya. Ia berusaha untuk mengaktifkan nya dengan menyentuh liontin itu, tetapi tidak ada yang terjadi dan malah sedikit retak. Hal itu membuat cahayanya semakin meredup.

PERTEMANAN ༺ 2 ༻ [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang