I Wish I Was Beside You

2.4K 101 19
                                    

tw : mpreg. Pleas be a wise reader, thank you 🙏

[ Yunho X Yeosang ]

Seharusnya, Yunho sudah berada di rumah dan bersiap untuk makan malam. Tetapi panggilan telepon dari rumah sakit memaksanya untuk sampai dengan segera karena adanya situasi mendesak. Yunho tidak mengerti apa hal mendesak tersebut sampai dirinya memasuki kamar inap sesuai petunjuk perawat perempuan di telepon tadi.

"Hai, Yunho."

Yeosang, suaminya, sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Maaf membuat kamu buru-buru ke sini sepulang kerja."

Kenapa minta maaf? Yunho kan suaminya?

Yeosang tersenyum rapuh dan berusaha meraih Yunho, membuat Yunho mendekat dan memeluknya. Bahu Yeosang bergetar, ia menangis.

Yeosang tidak pernah menangis lagi sejak kejadian itu, kejadian yang menghancurkan separuh kehidupan rumah tangga mereka.

Dua tahun yang lalu, Yeosang dinyatakan hamil. Suaminya itu senang sekali. Ia selalu mengajak Yunho untuk membeli peralatan bayi dan menghias kamar untuk calon anak mereka. Yeosang menjadi lebih cantik dengan wajahnya yang selalu berseri-seri.

Sampai ia dinyatakan keguguran. Janin tersebut tidak dapat tumbuh dengan kuat sehingga pada akhirnya ia menyerah. Dunia Yeosang hancur. Ia tidak bisa berpikir jernih dan terus menangis. Hari-hari mereka dilalui dengan lambat dan duka. Yeosang bahkan nyaris melukai dirinya sendiri bila tidak segera Yunho cegah.

Berbulan-bulan menjalani perawatan, Yeosang sembuh. Ia tidak lagi menangis dan mulai menjalani hidup seperti sedia kala. Kehidupan pernikahan mereka membaik. Yeosang juga tidak takut lagi untuk kembali berhubungan badan dengan Yunho.

Di suatu malam, ketika mereka baru menyelesaikan aktivitas di atas ranjang, Yeosang berbisik, "Aku ingin punya anak lagi."

Yunho tidak menjawab apa-apa, ia hanya diam sambil memeluk Yeosang.

Permohonan itu kembali terucap pada hari-hari berikutnya, kali ini Yunho mengangguk sebagai jawaban, membuat Yeosang memekik kegirangan.

Tetapi, Yeosang tidak tahu. Diam-diam, Yunho menumbuk pil kontrasepsi sampai halus dan memasukkannya ke dalam makanan sang suami dan ia melakukannya dengan rutin.

Katakanlah Yunho kurang ajar dan bodoh. Tapi ia sama terlukanya dengan Yeosang. Bagaimana jika suaminya kembali keguguran? Bagaimana jika anak mereka cacat ketika lahir? Dan masih banyak kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi.

Jadi, Yunho mengambil jalan tengah. Ia mengangguk menyanggupi, tetapi dibelakang ia bertindak lain. Hatinya berdarah dan merasa bersalah, tapi ia juga manusia. Yunho hanya tidak sanggup jika kembali melihat Yeosang menangisi calon bayi mereka setiap malam.

Walau Yeosang sempat heran dan mengeluh kenapa ia tidak kunjung hamil lagi, tapi perlahan ia berusaha menerima. Mungkin karena faktor keguguran yang pernah ia alami, padahal semuanya karena ulah sang suami.

Yunho melepas pelukannya lalu menghapus jejak air mata di pipi Yeosang.

"Kata dokter, itu tumor."

Yunho masih menatap wajah Yeosang, suaminya cantik sekali, walaupun dengan bibir pucat dan mata sayu.

"Sudah lama tumbuh di sana tapi karena tidak ada gejala, jadi aku kira aku sehat-sehat saja." Yeosang menghela napas, "Kata dokter, mungkin sebentar lagi."

Ambigu, namun ia tahu betul apa yang istrinya maksud.

Yunho tidak pernah ada untuk Yeosang.

Suaminya menderita penyakit ganas namun Yunho tidak tahu akan hal itu. Kemana saja dirinya? Mereka hidup bersama, seranjang berdua, menghirup oksigen yang sama, tapi kenapa terasa jauh?

Ia selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan, berbeda dengan Yeosang yang di rumah saja. Suaminya itu penurut, walaupun ia berambisi ingin mengejar karir seperti suaminya, namun Yunho melarang.

Ia hanya ingin Yeosang di rumah, menyambutnya ketika pulang kerja dan menyiapkan segala kebutuhannya. Dan Yeosang menyanggupi, ia tidak berusaha membantah Yunho dan sifat keras kepalanya. Alih-alih bertengkar, Yeosang malah menyiapkan seluruh kebutuhan berdasarkan permintaan sang suami.

Yunho tidak pernah ada untuk Yeosang, tetapi Yeosang selalu ada untuknya.

Kenapa Yunho baru menyadarinya sekarang? Di waktu yang sempit dan tidak tepat ini?

"Yeosang."

"Ya?"

Yunho meraih tubuh yang lebih kecil itu untuk kembali ia dekap.

"Jangan pergi."

Yunho takut kehilangan Yeosang.

Tidak ada lagi yang menyiapkan bajunya.
Tidak ada lagi yang membuatkan sarapan.
Tidak ada lagi yang memijat bahunya ketika lelah.

Bukan, bukan itu.

Yunho takut kehilangan Yeosang, sebagai suami yang ia cintai.
Yunho takut kehilangan pasangan hidupnya yang ia cium di altar.
Yunho takut kehilangan manusia paling berharga yang ia dekap sebelum tidur.
Yunho takut ia tidak bisa menghadapi masa depan, sendirian.

"Jangan khawatir." Yeosang menepuk-nepuk punggung sang suami, suami yang dicintainya.

Yeosang tahu mengapa ia tidak kunjung mendapat buah hati yang ia inginkan. Dirinya tidak kaget ketika menemukan botol pil kontrasepsi yang sudah kosong di tempat sampah dapur. Walaupun hatinya terluka, namun Yeosang berusaha memaklumi bahwa mungkin Yunho belum siap untuk kembali kehilangan.

Rumah tangga mereka dibangun berdua, harusnya Yeosang tidak egois dengan mengedepankan kemauannya sendiri.

Ia tidak pernah membicarakannya dengan Yunho, Yeosang malu. Jadi ia hanya berbisik meminta maaf ketika Yunho sudah terlelap. Ia meminta maaf jika dirinya belum menjadi suami yang baik dan patuh, tetapi Yeosang berjanji akan selalu ada untuk suaminya.

Mereka berdua saling meminta maaf dalam doa dan ratapan isi hati, sayang sekali keduanya belum sempat duduk dan berbincang mengenai hal itu.

Yunho tidak pernah ada untuk Yeosang, tetapi setidaknya ia hadir ketika istrinya menghembuskan napas terakhir.

-----

A/N :

makin ke sini aku makin suka bikin angst 🤧

-yeosha

bonus foto pasutri gemes karena disini Yunho sangat 'suami able' dan Yeosang looks so smol 😚🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bonus foto pasutri gemes karena disini Yunho sangat 'suami able' dan Yeosang looks so smol 😚🥺

ATEEZ ONESHOT (BXB) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang