-Tugas Sang Prajurit-

1.8K 82 2
                                    

Tasya P.O.V

Aku sedang mengelus perut ku yang sudah mulai membuncit, usia kandungan ku sudah lima bulan.

Selama aku mengandung, Dhika berubah menjadi suami yang siaga. Bahkan dia sampai berani keluar malam hanya untuk mencari apa yang aku mau. Kayak sekarang, aku minta ke dia untuk beliin kripik pisang dan dia langsung pergi.

Aku mengelus perut ku dan tersenyum. Entah kenapa aku merasa anak ku bahagia. "Sayang, mama harap kamu selalu bahagia di dalam sana. Mama ga sabar menunggu kelahiran kamu." Kata ku seraya mengelus perut ku.

Tok!! Tok!! Tok!!

Saat aku lihat lewat jendela, ternyata suamiku. Aku langsung membuka pintu dan memeluknya. "Sayang, nih pesenan kamu. Maaf yah lama." Katanya yang ku jawab anggukan. "It's okay babe. Sekarang ayo makan." Ajak ku seraya menarik tangan nya menuju meja makan.

"Sayang, sebentar lagi rumah kita jadi lho. Perabotan nya juga udah ada disana. Jadi nanti kamu tinggal isi aja." Kata Dhika. "Aku?? Kita dong sayang." Jawab ku seraya tersenyum dan menggenggam tangan Dhika.

"Sayang, sebentar lagi aku akan pergi. Aku akan ada tugas penyelamatan. Aku ga mau bikin kamu panik tapi aku belajar dari kejadian waktu itu. Jadi aku ga mau kamu stress okay." Kata suamiku seraya mengelus perut ku. Sedangkan aku masih berdiam diri.

"Kapan kamu berangkat?" Tanya ku. "Lusa sayang. Maaf ya bilang nya mendadak." Kata Dhika yang ku jawab anggukan. "Gapapa mas. Yaudah kalo gitu kamu harus siapin diri kamu okay. Pulang kesini dengan selamat ya mas. Anak kita nunggu." Jawab ku seraya tersenyum.

Skip

Hari berlalu dengan cepat, hingga tibalah saatnya aku harus melepas suami ku. Aku sudah siap dengan Pakaian Seragam Harian (PSH) khusus ibu hamil.

"Gimana sayang? Siap?" Tanya Dhika yang ku jawab anggukan. "Siap. Yuk!" Ajak ku.

Kami berdua menuju ke lapangan tempat berkumpul karna disinilah aku akan melepas suami ku.

Aku melihat sudah ada bunda dan Anya. "Ka Tasya!!" Sapa Anya. Aku memeluknya dan menatap bunda. Bunda terlihat sedih menyadari sebentar lagi anak nya akan pergi bertugas.

"Gimana kabar kamu sayang?" Tanya bunda. "Alhamdulillah baik bunda. Ini cucu nya juga sehat kok." Jawab ku seraya tersenyum. Bunda mengelus perut ku dan tersenyum.

"Bunda, Anya. A'a titip Tasya ya." Kata Dhika yang bunda jawab anggukan. "Iya. Kamu hati-hati saat bertugas. Disini kami nunggu kamu." Kata bunda yang membuat kami semua tersenyum.

Suara peluit terdengar menandakan saatnya pembukaan apel untuk mengantar kepergian suami ku.

Akupun menemui teman ku yang sesama Persit. Ka Naya. Aku melihat dia sedang menggendong anak nya yang bernama Kania.

"Tasya, pagi!" Sapa nya. Aku tersenyum dan memeluknya. "Pagi ka." Sapa ku. "Pagi tante!!" Sapa Kania. "Pagi sayang. Udah makan belum??" Tanya ku yang Nia jawab gelengan.

"Bunda dateng, Sya?" Tanya Ka Naya yang ku jawab anggukan. "Ma, Nia mau ketemu Ka Anya!!" Kata Nia. Kamipun berjalan menghampiri bunda dan Anya.

"Tante!!" Sapa Ka Naya. "Eh Naya. Gimana kabar nya nih? Suami kamu penugasan juga? Udah lama yah tante ga kesini." Kata bunda. "Hahaha iya tant. Alhamdulillah baik. Mas Junda juga pergi tant. Iya nih tante udah lama ga kesini. Tasya mulu yang kesana." Kata Ka Naya.

"Maklum lah, Nay. Tante kan udah mau jadi nenek. Tante kangen sama cucu tante." Kata bunda seraya mengelus perut ku. Aku tersenyum menyadari semua orang menyayangi anak ku.

"Gimana nih tant, cewek atau cowok menurut tante?" Tanya Ka Naya. "Kalo diliat dari sifatnya Tasya yang berubah jadi tomboy sih kayaknya cowok. Tapi kalo dari bentuk perut nya kayaknya perempuan." Kata bunda.

"Kalo menurut kamu, Sya?" Tanya Ka Naya. "Kayaknya sih cewek kak. Karna ga tau kenapa aku feeling nya cewek. Kalo sifat mungkin aja dia kayak aku, tomboy." Jawab ku seraya tersenyum.

"Kalian saya beri waktu sepuluh menit u tuk bertemu keluarga. Manfaatkan!" Kata komandan suamiku. Semua prajurit langsung menghampiri keluarga nya.

Dhika memeluk ku dan mencium kening ku. "Tunggu aku disini sayang. Doain aku baik-baik aja. Ingat, sebelum anak kita lahir rumah kita udah bisa dihuni okay. Nanti kamu di bantu sama sahabat kamu ya." Kata Dhika yang ku jawab anggukan.

Dhika memeluk ku, bunda, dan Anya. Dia mencium kening ku dan menghapus air mata ku.

"Tenang sayang, aku ga akan kenapa-napa." Katanya yang ku jawab anggukan. "Sayang, kalau anak kita perempuan namain dia Asmita Kartika Elinaxena kalau dia laki-laki, namain dia Arsyanendra Jainendra Rahandika. Okay sayang?" Katanya yang ku jawab anggukan seraya tersenyum.

"Kamu ga akan lama kan tugas nya?" Tanya ku. "Enggak sayang aku akan usahain secepatnya." Jawab nya yang membuatku tersenyum. Dhika memberikan ku secarik kertas dan ternyata berisikan nama anak untuk janin ku.

"Jaga dia ya sayang. Aku akan pulang dengan selamat." Katanya yang ku jawab anggukan. Dia mengelus perut ku dan menciumnya. "Ayah berangkat ya nak. Jaga mama selama ayah ga ada." kata suamiku seraya mencium perut ku.

Ga lama kemudian, terdengar peluit pertanda akan dimulainya keberangkatan. Aku memeluk Dhika dan mencium pipi nya. "Goodbye sayang. Love you dari aku dan anak kita." Kata ku seraya tersenyum.

Tronton mulai berjalan meninggalkan lapangan tempat kami berkumpul. Aku membuka secarik kertas yang diberikan Dhika dan membacanya. Ternyata ini memang sudah di rencanakannya. Dia sudah mencari nama untuk anak kami.

Ternyata dia memilih nama Asmita Kartika Elinaxena karna Asmita berarti Kemenangan, Kartika berartikan Cantik, Elinaxena merupakan gabungan yang berarti Perempuan yang cerdik, ramah nan murni.

Lalu Dhika juga memberikan nama anak laki-laki Arsyanendra Jainendra Rahandika karna Arsyanendra berarti Lelaki dengan kejayaan, kehormatan, dan pengetahuan. Jainendra artinya kemenangan dewa Indra, lalu Rahandika yang berarti Prajurit yang gagah.

Aku juga melihat ada sebuah kalimat yang ternyata mengatakan, "Teruntuk anak ku, ayah akan pulang dengan selamat. Dan dengan begitu kita akan berkenalan ya nak. Ayah sayang kamu." begitulah yang di katakan di kertas.

Aku menangis dan memeluk secarik kertas yang Dhika berikan lalu menatap kepergiannya yang semakin lama semakin hilang di ujung jalan.

"Sya, kamu mau kemana abis ini?" tanya Bunda. "Tasya mau istirahat aja bun. Nanti agak siangan Tasya harus ke sekolah. Ada kelas yang harus ulangan." kata ku seraya tersenyum.

"Yaudah kalau begitu yuk bunda antar aja yah. Ayo kita ke rumah kamu sekalian Anya mau tidur lagi katanya." kata bunda yang membuatku tersenyum.

Aku, Bunda, dan Anya langsung berjalan menuju rumah dinas ku lalu setelah itu kamipun mengobrol membahas kehamilan ku.

********
Segini dulu ya guys nanti di lanjut lagi..

Gimana kesan kalian selama membaca cerita ini? Ngebosenin kah?? Semoga enggak yah.

Vote and comment selalu aku tunggu lho.

Love You All❤

Persit Untuk KaptenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang