Tasya P.O.V
Hari berganti minggu. Minggu pun berganti bulan. Tanpa terasa sudah 2 bulan Dhika koma. 2 bulan juga aku selalu bolak-balik rumah sakit-sekolah-rumah. Begitu terus. Kadang semua sahabat ku datang menjenguk setiap hari minggu. Fani dan Mario bahkan sampai menyewa kontrakan disini untuk menjaga Dhika saat aku sedang bekerja.
Bunda dan Anya selalu datang tiap siang dan kembali tiap sore nya. Dan pada malam hari, aku yang selalu menjaga Dhika.
"Sya, udah nyampe lo?" Kata Mario memanggil ku. Aku yang masih memakai baju batik dan celana bahan berwarna biru navy. Aku menganggukan kepala ku lalu mencuci tangan ku. Setelah itu aku menghampiri Dhika dan mencium pipinya.
"Aku kembali sayang. Walau kamu masih aja ga liat aku tapi aku selalu liat kamu. Bangun sayang nanti aku masakin makanan kesukaan kamu deh." Kata ku seraya menggenggam tangan Dhika.
Aku mencium pipi Dhika dan memilih duduk di kursi disebelah bankas nya. "By tau ga sayang, masa yah Anya sekarang agak susah belajar gitu by. Katanya dia ga semangat kalau kamu ga ada." Ucap ku seraya menggenggam tangan Dhika.
Aku yang merasa lelah tanpa sadar tertidur disebelah Dhika dengan tangan ku yang masih menggenggam tangannya.
Skip
Aku merasakan elusan di hijab ku. Aku merasa kenal dengan elusan ini. Saat aku membuka mata ku, aku melihat Dhika yang sedang tersenyum menatap ku.
"Ta-tas-tasya." Aku mulai menangis mendengar suara dia yang sudah aku rindukan selama dua bulan ini. Akhirnya dia sadar.
"By, wait sayang aku panggil dokter dulu okay." Kata ku seraya menekan bel. Aku langsung menggenggam tangan Dhika dan menciumnya. "Akhirnya kamu sadar sayang." Ucap ku seraya tersenyum.
Dokter datang dan mulai memeriksa Dhika. Bunda memeluk ku, dia menangis. "Alhamdulillah ya allah, Sya. Dia sadar. Anak bunda sadar, Sya." Kata bunda seraya memeluk ku. "Iya bunda. Alhamdulillah Dhika sadar." Ucap ku.
"Mbak, bapak Andhika sudah stabil keadaannya. Dalam waktu satu jam nanti sudah bisa diberi makan. Harap makanan yang lembut ya seperti bubur." Kata dokter. "Baik dok kalau begitu terima kasih. Oh iya kira-kira kapan mesin kayak gini semua bisa dilepas yah?" Tanya ku. "Perawat akan segera datang mbak untuk membantu merapihkan mesin penunjang ini." Kata dokter yang ku jawab anggukan. "Baik kalau begitu terima kasih dok." Kata ku seraya tersenyum.
Aku melihat bunda yang sudah duduk disebelah Dhika. Bunda mengelus wajah Dhika.
"Kamu hutang penjelasan ke Tasya. Bunda baru jelasin latar belakang kamu ga bilang ke dia kalau kamu tugas penyelamatan." Kata bunda. Dhika menatap ku dan tersenyum. Berbeda dengan ku yang mulai berkaca-kaca.
"Sini sayang. Ga mau gitu kamu meluk aku?" Katanya yang berhasil membuatku langsung memeluknya. "Dasar calon suami laknat. Pergi tugas penyelamatan malah ga bilang. Jahat kamu mah!" Kata ku seraya menangis dipelukan Dhika.
"Ulah nangis atuh sayang. Kan yang terpenting aku ga kenapa-napa." Kata Dhika. "Mata mu ga kenapa-napa! Ketembak sampai koma dua bulan itu yakin ga kenapa-napa?" Ucap ku seraya menepuk pundaknya.
"Duh sayang jangan dipukul bisa kan? Agak nyeri nih." Kata Dhika. "Eh iya iya maaf sayang lupa aku." Kata ku. "It's okay." Kata Dhika seraya tersenyum. "Sya, bunda beli bubur dulu yah." Kata bunda yang ku jawab anggukan.
"Sayang makasih yah!" Kata Dhika. Aku menegok dan menatap matanya. "Makasih kenapa sayang?" Tanya ku. "Kamu tau ga selama aku ga sadar, aku selalu denger suara kamu. Kamu nangis, kamu ketawa, kamu ngehibur aku. Semua itu aku denger sayang." Kata Dhika yang membuatku kembali menatap matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persit Untuk Kapten
RomansaAnastasya Violetta, seorang wanita yang kerap disapa Tasya memiliki kehidupan yang indah namun mendadak kebahagiaan nya mulai berkurang tatkala sumber kebahagiaan itu sendiri pergi. Rasa sedih itu mulai berganti ketika dia berkenalan dengan seorang...