-Perhatian ku untuk mu-

1.2K 75 6
                                    

Tasya P.O.V

"Sayang, aku mau ngomong sama kamu boleh?" Tanya Dhika. Saat ini aku berada di rumahnya. Aku menganggukan kepala ku. Melihat raut wajahnya yang bingung aku jadi gemes.

"Mau ngomong apa?" Tanya ku. "Begini, aku dapat pelatihan lagi kemungkinan dua hari aku baru pulang. Gapapa kan?" Katanya yang ku jawab anggukan. "Dua hari? Yakin??" Tanya ku seraya tersenyum.

"Janji nih bu." Katanya. "Jangan janji, nanti kayak awal-awal kamu bilang cuman kemah dua hari ngataunya kemah seminggu kamu." Kata ku seraya menatap dia.

"Iya kali ini aku janji kok." Kata Dhika yang membuatku tersenyum. "Yaudah, hati-hati. Jangan lupa sholat ya sayang." Kata ku seraya tersenyum. "Siap lah bu." Jawabnya yang membuat ku tertawa.

"Tasya! Dhika! Sini ayo kita ngobrol dulu!!" Terdengar suara bunda. "Nah ibu negara udah manggil. Yuk!" Ajak ku seraya tersenyum. Kami segera turun dan melihat bunda yang sedang duduk santai bersama ayah di sofa.

"Sini kalian! Kita ngobrol bareng yuk! Tasya, bunda mau nanya-nanya nih sama kamu dan Dhika." Kata bunda. Aku segera duduk di sofa yang untuk dua orang bersama Dhika.

"Bunda mau nanya apa?" Tanya ku. "Kamu udah tau kalau calon suami mu bakalan di tugaskan ke perbatasan?" Tanya bunda yang ku jawab anggukan.

"Alhamdulillah. Bunda takut kamu belum terima." Kata bunda. Aku menggenggam tangan bunda dan tersenyum. "Tasya pernah merasakan yang lebih dari seminggu bun." Ucapku seraya tersenyum.

Aku melihat raut wajah bunda yang bingung dan menatap Dhika. "Bun? Kenapa? Kok bingung gitu muka nya?" Tanya ku bingung. "Gapapa kok bunda kayaknya keinget sesuatu deh." Kata ayah. "Iya kayaknya bunda baru inget minggu depan kita harus ke Bandung juga ada acara dari keluarga bunda." Kata bunda.

"Kamu bisa ikut ga, Sya?" Tanya ayah. "Enggak, yah. Tasya mau rekap nilai, ini banyak banget anak kelas Tasya nilainya berantakan." Kata ku seraya tersenyum. "Yaudah kalo gitu gapapa kok." Jawab bunda.

"Dhika, kamu kapan berangkatnya?" Tanya ayah. "Besok, yah." Jawab Dhika. "Yaudah hati-hati yah. Ayah ga bisa ke tempat kumpul kamu pagi. Karna ada meeting. Jadi kayaknya cuman bunda dan Tasya yang kesana." Kata ayah. "Iya gapapa kok." Jawabnya.

"Ka Tasya! Masa temen Anya nulis ini ke Anya!!" Kata Anya memperlihatkan sebuah kertas. Aku tersenyum dan mengambil kertas itu. Saat aku buka, aku tercengang!

Emang yah anak jaman now, masih SD aja udah berani pacaran. Aku menghela nafas lalu menatap Dhika. Aku memperlihatkan kertas yang ku pegang ke Dhika. Dia juga terlihat kaget dan menatap ku. Aku tersenyum dan menatap Anya lagi.

Siapa disini yang adiknya pernah dapet surat cinta gaes??? Kalo ada, i know your feellings.

Kebayang ga sih ada anak yang ngirim kertas bertuliskan 'Anya, aku cinta kamu. Mau ga jadi pacar aku' astaga!! Aku kaget!!

"Anya, kamu tau ga apa itu cinta?" Tanya ku. "Cinta itu kayak kakak sama a'a terus kayak ayah sama bunda." Jawab Anya. "No sayang. Lebih dari itu. Cinta itu adalah ketika dua orang saling suka, sama-sama sayang, dan bisa selalu ada untuk satu sama lain. Itu yang di namakan cinta. Anya bisa ngerti ini nanti saat udah besar." Kata ku seraya tersenyum.

"Terus Anya harus jawab apa kak?" Tanya Anya. Aku tersenyum dan mengelus rambutnya. "Anya tulis, Anya masih kecil ga boleh pacaran. Okay sayang!" Ucap ku seraya mengelus pipi Anya. Anya mengangguk dan dia mencium pipi ku lalu berlari ke kamarnya.

"Anya kenapa?" Tanya bunda. "Ada temennya ngajakin dia pacaran, bun. Gila yah, Tasya seumur dia aja baru ngerti cara nonjok cowok. Lha ini mereka udah ngerti cinta lho. Tasya aja ngertinya saat kelas 2 SMP." Kata ku seraya tersenyum. "Ya gitu lah, Sya. Sekarang tuh emang udah begitu anak-anaknya." Kata bunda.

"Sekarang berarti tugas kamu, kamu harus didik semua anak untuk fokus ke pendidikan dulu yah. Jangan terlalu keras kalo ada yang udah terlanjur pacaran, jangan di kerasin. Cukup dibilangin agar ga berlebihan." Kata Dhika yang ku jawab anggukan.

"A, kapan kamu mau mulai pengajuan?" Tanya Ayah. "Karna hanya di kasih waktu enam bulan untuk nikah palingan lima bulan sebelum pernikahan, Yah." Katanya. "Jangan terlalu lama, nanti Tasya capek nunggu." Kata Ayah seraya tersenyum. "Enggak atuh, Yah. Tasya mah pasti siap nunggu aku." Jawab Dhika seraya tersenyum.

"Biarkan tuhan yang menjawab." Jawab ayah seraya tertawa. Aku menatap wajah Dhika. Besok dia mau tugas. Pasti aku bakalan lama ga liat dia.

"Kenapa sayang?" Tanyanya seraya tersenyum. Aku tersenyum dan mengelus pipinya. "Hati-hati sayang." Kata ku seraya tersenyum. "Pasti." Jawabnya seraya tersenyum.

"Tasya, gimana nih kalo kamu tinggal di rumah dinas? Nanti bunda jarang-jarang ketemu kamu dong." Kata bunda. "Ya kalo Tasya sih siap bun. Bunda kan bisa datang kesana tiap minggu atau enggak aku yang kesini. Biarin aja si Dhika ga dateng nanti dia tidur di luar." Jawab ku seraya tertawa.

"Iya sayang iya aku anterin nanti kalo ada waktu sayang." Kata Dhika yang membuat kami semua tertawa.

*******
Maaf nih guys sedikit lagi buntu banget hehehehe.

Vote and comment sangat aku tunggu ya.

Love You All❤

Persit Untuk KaptenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang