Tasya P.O.V
"Sayang, bangun yuk! Kita sholat shubuh berjama'ah! Dhika dan ayah udah ke masjid. Kita sholat bertiga aja ya!" Ajak seseorang yang berhasil membangunkan ku.
Saat aku membuka mata, ternyata bunda. Aku tersenyum dan segera mengambil air wudhu. Aku ke ruang tamu dan melihat bunda yang sudah siap sedang mukena nya yang berwarna merah maroon. Bunda memberikan ku mukena berwarna hijau tua. Aku melihat Anya sudah siap dengan mukena bermotif bunga berwarna pink. Bunda menjadi imam dan kami sholat berjama'ah.
SKIP
"Tasya, bunda tau kamu belum siap untuk memakai hijab. Bunda juga ga mau maksa kamu, sayang. Bunda hanya mengingatkan kamu biar kamu nanti ga kaget kalau harus pakai hijab." Kata bunda yang membuat ku tersenyum.
"Iya bunda. Tasya usahain untuk pakai hijab. Jujur aja sekarang, Tasya belum siap. Tapi insyaallah secepatnya, Tasya pasti pakai hijab." Kata ku seraya tersenyum. "Iya sayang. Bunda ga ada niatan maksa kamu yah. Semua harus berasal dari keinginan kamu." Kata bunda yang ku jawab anggukan.
Saat aku sedang mengobrol dengan bunda dalam keadaan masih mengenakan mukena, Dhika dan ayah masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum!" Ucap Dhika dan ayah. "Wa'alaikumsalam!" Ucap kami bertiga.
"Tuh, a? Ingetkan ayah bilang kalo nanti biasanya kalo udah punya pasangan, pulang sholat shubuh pasti liat bidadari. Tuh liat. Bidadari nya di depan kita." Kata ayah.
Kami bertiga berdiri dan menghampiri ayah dan Dhika. Kami bertiga menyalimi tangan ayah. Sedangkan Dhika, menyalimi tangan bunda dan Anya menyalimi tangan Dhika juga.
"Sya? Ga mau salam sama Dhika?" Tanya ayah. "Hush! Ayah! Mana boleh belom mukhrim udah salaman." Kata bunda. "Ayah tuh udah ga sabar, bun. Mau ngeliat mereka jadi suami istri. Mereka sekarang aja udah cocok banget." Kata ayah seraya tersenyum.
"Ayah hari ini berangkat lagi kan?" Tanya Anya yang ayah jawab anggukan. "Iya, sayang. Ayah mau cari uang yah biar Anya bisa sekolah." Kata ayah. "Iya, ayah!" Kata Anya. "Tasya, nanti ayah mau pergi kerja lagi. Tolong ya, jagain Anya dan Bunda. Dhika kadang suka konyol malah bikin bunda pusing." Kata ayah yang ku jawab anggukan seraya tersenyum.
"Yah, bun. Nanti kami berdua mau main ya sama Fani dan Mario. Kami mau ketemuan. Kan Tasya kangen sama mereka." Kata Dhika seraya tersenyum. "Iya deh boleh kok. Jagain Tasya nya." Kata ayah seraya tersenyum.
SKIP
Siang ini, kami mengantar ayah ke stasiun. Setelah itu, aku dan Dhika menuju ke rumah Fani untuk bertemu teman kami.
"Gimana yang udah lulus? Bahagia dong." Kata Fani seraya tersenyum. "Bahagia banget dong. Apalagi di datengin sama pacar tercinta." Kata Mario meledek ku dan Dhika.
"Ish kalian tuh. Kasian bini gw." Kata Dhika yang membuat ku blushing. "Gimana nih? Jadi ga kita mau ke Brebes?" Tanya Fani yang ku jawab gelengan.
"Kayaknya sih mendingan nanti gini aja. Dhika masuk akmil, kalian lulus, gw udah kerja jadi guru. Bisa dah kita berangkat bareng. Ajak Novi juga." Kata ku. "Ide bagus. Setuju!" Kata Mario.
"Nanti, gw lulus. Gw mau ke Jakarta. Kalian mau ikut?" Tanya Dhika. Aku langsung menatapnya.
"Nanti biar aku aja yang kesini, sayang." Kata ku. "Enggak. Aku aja. Aku kan mau ketemu kakak kamu juga." Kata Dhika yang membuat ku tersenyum. "Ok deh. Nanti aku jemput di stasiun aja ya." Kata ku seraya tersenyum.
Dan hari ini kami habiskan dengan mengobrol, bercanda, dan yah curhat antara aku dan Fani. Biasalah cewek kalo ketemu pasti begono hehehehe.
"Tau ga Sya? Sebelum lo pacaran sama Dhika, tuh manusia sering banget liat SW lo terus ngomong 'Nih calon bini gw.' Kebayang ga gw bosennya gimana?" Kata Fani yang hanya ku jawab tawaan ku.
"Ya abis nya lo ga peka sih. Harusnya lo kan bisa chat Tasya terus bilang 'Sya, Dhika suka lho sama kamu.' Gitu aja kok susah. Bosen kan lo denger gw ngomong dia calon bini gw." Kata Dhika yang membuat ku semakin tertawa.
Aku menghampiri nya dan memeluknya. "Sekarang ga perlu kode udah bisa kan?" Tanya ku seraya tersenyum.
Dhika mencium pipi ku dan itu membuat ku blushing. "Anyway, Fani? Mario? Kalian gimana kuliah nya? Emangnya bener ya kalo kedokteran ada praktek bedah membedah?" Tanya ku.
"Kagak elah, Sya. Palingan juga cuman sekedar bedah ringan. Tapi ya tergantung sih sama jurusan yang diambil. Kalo Mario mungkin sering. Karna kan dia Dokter Gigi ya palingan bedah gigi gitu. Kalo gw kan dokter anak. Jadinya ga sering dapet didikan bedah membedah." Kata Fani yang ku jawab anggukan.
"Jadi kalian bisa dibilang pasangan dokter ya." Kata ku seraya tersenyum. "Hooh." Kata Mario seraya merangkul Fani.
Beginilah hari-hari ku sejak di Bandung. Empat hari lagi, aku akan kembali ke Depok. Dan akan mulai mencari pekerjaan.
****
Part ini selesai. Maaf banget ya pendek part nya. I'm tired babe.Vote and comment nya jangan lupa guys.
Love You All❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Persit Untuk Kapten
RomansaAnastasya Violetta, seorang wanita yang kerap disapa Tasya memiliki kehidupan yang indah namun mendadak kebahagiaan nya mulai berkurang tatkala sumber kebahagiaan itu sendiri pergi. Rasa sedih itu mulai berganti ketika dia berkenalan dengan seorang...