Hari valentine atau yang lebih akrab dipanggil hari kasih sayang, membawa kedua laki-laki kasmaran itu menuju jenjang yang lebih serius. Misalnya, bertunangan sebelum menikah.
Jisung sih mau-mau aja tunangan sama Hyunjin, toh kalau tidak ada dia, Hyunjin juga tidak akan hidup lama. Simpelnya, hidup Hyunjin bergantung pada dia.
Sebenarnya, Jisung tidak tega membuat Hyunjin harus hidup seperti ini. Dirinya masih mencari cara lain untuk membuat Hyunjin hidup seperti manusia normal pada umumnya. Bukan hidup sebagai robot yang harus dicharger karena kehabisan baterai.
"Ji, lo beneran mau tunangan sama gue?" Tanya Hyunjin untuk kesekian kalinya.
Jisung hanya menghela nafas kesal, laki-laki itu pun memukul kepala Hyunjin dengan novel yang ada di tangannya.
"Lo udah berapa kali nanya gitu? Ini udah kesepuluh kalinya lo nanya. Gue gedeg mau buang lo ke laut rasanya."
Hyunjin bergidik ngeri, kemudian laki-laki bersurai kecoklatan itu memeluk kekasihnya dengan erat. Kemudian menduselkan wajahnya di pipi Jisung.
"Ihh sayang kok gitu sih. Nggak kasihan sama calon tunanganmu yang lucu ini," ucap Hyunjin yang seketika membuat Jisung ngeri sendiri.
"Udah weh, lepasin. Jijik tau, Hyun." Jisung melepaskan pelukan Hyunjin dan menjauhkan tubuhnya dari si laki-laki itu.
"Ihh ayang beb kok gituu~"
Hyunjin hendak memeluk Jisung lagi tapi laki-laki bersurai keabuan itu sudah beranjak dari sana. Kabur dari Hyunjin.
Namun, meski Jisung kabur. Hyunjin tetap mengikuti laki-laki bersurai keabuan tersebut dan mengejarnya. Sampai terjadilah aksi kejar-kejaran di dalam rumah.
"Hyunjen! Udah jangan ngejar gue. Jauh-jauh sana lo hush hush," usir Jisung sembari berlari dari Hyunjin.
"Aku bukan kucing, kenapa ngusir aku sampai segitunya sih??"
Hyunjin berlari lebih gesit, kemudian laki-laki bersurai kecoklatan itu akhirnya dapat menangkap Jisung.
"Dapat," Hyunjin tersenyum menyeringai. Dia pun menarik Jisung ke sofa dan mengukung kekasihnya itu di sana.
"H-hyun, mau ngapain lo?"
Hyunjin tersenyum menyeramkan. "Tentunya memakan kamu, sayang."
Jisung tertawa pelan, "bukan kucing tapi harimau ternyata."
Laki-laki bersurai keabuan itu pun langsung mengalungkan tangannya di leher Hyunjin dan mencium sang dominan.
Karena Hyunjin bukan tipe suka mubazir, dia pun ikut membalas ciuman kekasihnya sampai akhirnya ciuman panas pun terjadi.
Keduanya saling melumat satu sama lain, bahkan tangan Hyunjin yang tadinya di belakang kepala Jisung sudah berpindah masuk ke dalam baju Jisung.
"Enghh ..." Jisung melenguh pelan, ketika tangan Hyunjin mengelus perutnya.
Hyunjin tersenyum di sela ciuman panas itu, ternyata Jisung lemah juga. Padahal hanya disentuh perutnya saja.
Puk
PukJisung menepuk bahu Hyunjin, memberi kode jika dirinya kehabisan nafas. Tapi Hyunjin tidak menggubrisnya.
Laki-laki bersurai kecoklatan itu justru memperdalam ciuman mereka dan memberi Jisung udara lewat sana.
Jisung tentunya terkejut, tidak disangkanya Hyunjin seganas itu. Jisung sepertinya salah jika bermain-main dengan Hyunjin.
Cklek
"ASTAGAA MATA SUCI GUE!"
Hyunjin kalang kabut usai mendengar suara familiar di ujung pintu. Dia pun melepas ciuman mereka dan melihat siapa yang datang menganggu kegiatan mereka.
"Jeongin?"
Yang Jeongin
Rekan kerja Hyunjin, ceria, banyak bicara sih. Diem-diem suka Hyunjin, tapi dulu sebelum Hyunjin ngeselin. Kalo sekarang dia udah nggak suka. Karena dia pacarnya Minho, untuk saat ini.
Yang dipanggil menyahut pelan, "Yo!"
Hmm, ingatkan Hyunjin untuk menghukum Jeongin setelah ini karena laki-laki berparas bak rubah itu menganggu kegiatannya dengan Jisung.
Sementara Jisung bernafas lega, "untung Jeongin dateng. Kalo Jeongin nggak dateng, mampus gue."
Ohaiyou!!
Lama tidak berjumpa, akhirnya Nay mulai kembali melanjutkan book ini>.<
Jangan lupa klik bintang sebagai dukungan untuk Nay^^
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Battery [hyunsung]
FanfictionCrackpair!𖠵⃕⁖🦢ꦿꦶ⃨ຳི⟡ Hyunjin tidak tau. Sejak kapan dia terikat hubungan dengan laki-laki manis berparas mirip tupai itu? Boyloves! © Original Story By Lumierenay, 2020