Cakracio - 14.

1K 200 65
                                    

.
.
.
.
.

Tiga pemuda— Cakra, Elang, dan Darya berdiri dibelakang Cio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga pemuda— Cakra, Elang, dan Darya berdiri dibelakang Cio. Ketiganya, menatap sendu pemuda kecil yang tengah mengusap dua batu nisan bergantian.

"Maaf pa, ma. Cio baru bisa liat kalian sekarang..."

Sudah satu jam Cio duduk di antara makam ayah dan ibunya.

"Maaf, Cio belum jadi anak yang baik buat kalian"

Tak tahan melihat Cio yang bersedih, Elang berjalan mendekat, berjongkok disamping Cio.

"Pulang yuk?"

Cio menoleh, menatap Elang dengan mata berkaca-kacanya. Sedari tadi pemuda tak menangis, ia tak ingin menangis di depan kedua orangtuanya.

"Kalo nanti pulang, bokap sama nyokap gue kesepian Elang"

Elang melepas jaketnya, lalu memakaikannya pada Cio.

"Nanti kita kesini lagi" bujuknya.

Cio terlihat enggan meninggalkan pusara kedua orangtuanya. Pemuda itu kembali mengusap batu nisan tersebut.

Darya mendekat, "Cio, ayo pulang. Udah mau hujan, kapan-kapan kita kesini lagi" ucapnya ikut membujuk.

Cio bergeming, tetap kekeh tak ingin meninggalkan kedua orangtuanya barang sebentar.

Melihat itu, akhirnya Cakra  mendekat, setelah lama terdiam. Pemuda itu, menarik tangan Cio dari batu nisan, membuat Cio menoleh menatapnya.

"Udah ya?"

Tangis Cio pecah setelah mendengar suara Cakra.

"Cakra..."

Cakra mengangguk, membawa pemuda itu kepelukkan hangatnya.

"It's okey, Cio. Mereka gak marah sama Cio. Cio udah jadi anak baik. Mereka sedih liat Cio nangis begini. Udah nangisnya. Cio masih punya Cakra" ucap Cakra.

"Cio masih punya Darya"

"Cio juga masih punya Elang"

Darya ikut menangis melihat Cio yang menangis sesenggukan di dalam pelukan Cakra.

Melihat Darya yang menangis, Elang berjalan ke depan Darya, berdiri di depan pemuda itu, menutupi Darya yang tengah menangis.

CAKRACIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang