Cakracio - 15.

1.2K 213 62
                                    

.
.
.
.
.

"Elaaaaaaaaang~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Elaaaaaaaaang~"

Pemuda yang dipanggil namanya merotasikan matanya, menghela nafas berat. Seharian ini Cio selalu mengikuti kemanapun ia pergi.  Bahhkan ke kamar mandi sekalianpun, Cio tetap menunggu didepan pintu.

"Apa lagi? Biarin gue seneng kenapa sih? Mumpung dapat libur ini"

Hari ini hanya Darya yang pergi ke kampus, sementara Elang dan Cio libur karena dosennya berhalangan hadir. Lalu Cakra, seperti biasa, sudah berangkat kerja sedari pagi.

Cio duduk disamping Elang, meraih lengan pemuda itu untuk dipeluk, lalu menyandarkan pipinya pada bahu Elang.

"Ayo kasih tau maksud nomor 120718. Gue yakin lo tau, lo kan udah kenal Cakra dari kecil"

"Gak bisa" Elang menolak, tanpa menatap Cio—karena takut akan luluh saat melihat mata Cio. Pemuda itu tetap fokus pada tontonannya, sembari mengangkat satu kakinya.

"Elaaaaaaang~"

"Jangan ndusel. Ngapa sih lo? Udah kayak meng aja" Pemuda itu menggerakkan bahunya yang menjadi tempat Cio menggesekkan pipinya barusan.

Cio mendengus. Seharian ia membujuk Elang, tapi pemuda itu tetap tak ingin memberitahu.

"Beneran gak mau ngasih tau?"

Elang mengangguk mantap, "Gak akan gue kasih tau"

"Gue cium ya?"

"Dih, paan—AAAA CIO NOOOOOO, JANGAN CIOM" belum sempat menyelesaikan ucapannya, Cio terlebih dahulu bergerak mencium pipinya. Untung saja Elang dengan cepat menghalangi pipinya dengan tangan.

Pemuda itu mendorong wajah Cio menjauh, tapi sahabat kecilnya ini mendadak menjadi kuat, sehingga dorongannya tak berarti.

"AAAAA GAK MAU!"

"Sini ciom, muah muah muah"

"GELI, ANJIR ANJIR ANJIR. JAUH-JAUH LO MARCIO"

Aksi dorong mendorong tak dapat dielakkan. Cio mendorong bahu Elang agar lebih mudah dicium, dan Elang mendorong wajah Cio menjauh.

"Kalian ngapain?"

Kegiatan mereka—Elang dan Cio, langsung terhenti saat suara lain terdengar.

Mereka serentak menoleh ke sumber suara. Disana sudah berdiri Darya, tengah menatap mereka heran.

"Kalian.... ciuman?" tanya nya. Karena posisi mereka terlihat ambigu. Cio berada diatas Elang dengan wajah yang terlihat cukup dekat dengan pemuda itu.

"Kenapa, Dar?"

Suara lain muncul, membuat mata kedua anak remaja yang masih dalam posisi ambigu itu membulat.

CAKRACIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang