Jika aku harus membayar dengan nyawaku, untuk bisa kembali ke masa lalu, maka aku akan melakukannya tanpa keraguan.
Jika memang benar uang bisa membeli segalanya, maka tambahkan waktu ke dalam daftarnya.
Tak apa jika aku harus membayar mahal, hanya untuk kembali kemasa dimana kenangan itu tercipta.
Karna nyatanya uang bisa dicari dan didapatkan kembali dengan kerja keras.
Tapi waktu?
Tak seorangpun memiliki kendali atasnya kecuali Tuhan.
"Aku menyesal" adalah kalimat menyakitkan yang dapat ku ucapkan. Menangis dalam diam dan menyesali segalanya. Meraung kepada-Nya meminta kesempatan kedua.
Tuhan tolong berikan aku kesempatan kedua.
Kenangan demi kenangan berputar di kepalaku, merenungkan segala perubatanku dimasa lalu yang begitu buruk. Hingga seseorang menarikku kembali ke dunia nyata.
"Hey, Bomi kenapa kau suka sekali melamun sih?" Ucap Sohyun yang sudah berkacak pinggang seraya menatapku jengah.
Yups, dia adalah Choi Sohyun sekretaris sekaligus sahabat ku sedari SMA. Dia juga merupakan saksi betapa kejam dan bodohnya aku dimasa lalu. Sungguh aku hampir tidak percaya dirinya masih mau berteman dengan ku setelah semua kejadian itu.
"Teringat akan peristiwa itu lagi?" Tanyanya lirih.
Aku hanya dapat tersenyum tipis ke arahnya, lalu membalikan tubuhku menghadap jendela kaca besar di ruanganku. Menerawang jauh ke depan dimana lalu lintas terlihat padat di bawah sana.
"Aku menyesal Sohyun-ah."
"Kau sudah berjuta-juta kali mengatakannya. Yak bodoh! Jika kau hanya diam dan mengulang perkataan itu terus-menerus, maka hidupmu tidak akan ada artinya. Jadi lakukan saja yang terbaik dikehidupan yang sekarang."
Sohyun benar, tak ada gunanya menyesali hal yang sudah terjadi. Namun apa boleh buat, sembuh juga perlu waktu bukan?
Aku berdiri hendak meninggalkan ruangan. Ini sudah sore dan semua pekerjaanku telah selesai. Pulang ke rumah lalu berendam dalam air hangat terdengar baik untuk merenungi permasalahan hidupku.
"Well, aku pulang dulu ya! Kau juga segeralah pulang, aku tidak mau menambah gajimu jika kau sakit."
"Kau memang bos kurang ajar. Untung saja gaji ku sudah besar."
Aku tertawa mendengar jawabannya.
Kau memang selalu tahu cara membuat suasana hatiku membaik, terima kasih Sohyun.
***
Setelah sampai di basement tempat mobilku terpakir, fokusku teralih ke satu objek yang menghentikan segala kegiatanku untuk membuka pintu mobil. Objek yang sangat ku rindukan dari dulu hingga sekarang, dan rasa itu tak pernah berubah.
Pria yang mengisi hatiku, berdiri di ujung trotoar hendak menyebrang. Dengan segera aku berlari mengejarnya seraya berteriak memanggil namanya. Berharap ia menghentikan langkahnya ketika mendengar panggilan tersebut.
"JUNG JAEHYUN!!!"
Tak ada respon, berhenti pun tidak.
Aku semakin mempercepat langkahku ketika Jaehyun nyaris sampai di ujung jalan. Tanpa melihat kiri dan kanan, aku berlari dan berteriak. Hingga aku tak sadar bahwa lampu sudah berganti menjadi hijau. Telingaku seolah mendadak tuli, klakson yang dibunyikan oleh pengendara yang lewat, seakan tak ada artinya bagiku.
BRAK
Kecelakaan tersebut tidak dapat dihindari. Aku seolah tersadar saat tubuhku telah terpental jauh setelah tertabrak sebuah mobil. Aku memegang kepalaku yang ternyata sudah mengeluarkan banyak darah.
Tidak pernah menduga, bahwa kematianku akan datang dengan cara seperti ini.
Apa aku akan selamat Tuhan?
Inikah yang namanya karma?
Jika iya, tidak masalah bagiku. Aku yakin ini yang tebaik untukku.
Disaat detik-detik terakhir nafasku, seseorang datang menghampiriku. Meletakkan kepalaku di pangkuannya dengan wajah khawatir yang kentara. Berteriak kepada orang-orang untuk segera menelpon ambulans.
Aku tersenyum tipis menyadari bahwa Jaehyun-lah orang tersebut.
Setidaknya didetik-detik terakhirku, orang terakhir yang ku lihat adalah dirimu.
"Tolong bertahanlah, kau kuat okay? Jangan pejamkan matamu. Bantuan akan segera datang."
"J-jaehyun-ah, terima kasih, maaf, dan aku mencintaimu."
Dan perlahan mataku pun terpejam.
"HEI! BANGUNLAH KU MOHON. AYSSS DIMANA BANTUANNYA? INI KONDISI DARURAT."
Sebuah ambulans akhirnya datang dan mengevakuasiku. Dan tepat pada saat itu, aku mendengar suara bergetar Jaehyun.
"J-jangan t-tinggalkan aku lagi hiks... A-aku mohon bertahanlah demi aku."
Dan setelahnya hanya gelap, hampa dan kosong.
"Segala keegoisan, keserakahan dan kebohongan hanya akan menimbulkan penyesalan dimasa mendatang."
Phosphenes is begin ...
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOSPHENES [JUNG JAEHYUN]
RomanceJika bisa kembali ke masa lalu, apa yang mau kamu lakukan ? Akankah penyesalan itu terhapuskan?