Sekarang kami sekeluarga sedang duduk diruang keluarga membahas tentang hewan qurban. Ya, hari raya idul adha tinggal tiga minggu lagi, dan kami memutuskan untuk berqurban bersama sama ditahun ini
Sapi, menjadi hewan pilihan kami untuk berqurban tahun ini. Sesuai jumlah anggota keluarga dirumah ini tujuh orang, jadinya pas dengan hitungan untuk berqurban sapi
"Oh iya, sekalian Bapak sama Ibuk mau bilang sama kalian" sahut Ibu disela sela obrolan kita membahas qurban yang biasa dirayakan disini
"Bilang apa bu?" tanyaku dengan santai sambil sesekali membenarkan baju tidurku
"Alhamdulillah, tahun ini Bapak sama Ibu sudah bisa ke tanah suci" ujar Ibu tiba tiba dan seketika membuat aku dan Mas Adam serempak melihat Ibu dan Bapak yang sedang memangku Niel yang sekarang sudah berusia enam bulan tersebut
"Maksudnya gimana?" tanya Mas Adam dengan menuntut
Sebelumnya Ibu dan Bapak memang susah bilang bahwa beliau sudah mendaftarkan diri untuk pergi haji, namun beliau harus menunggu beberapa tahun lagi agar bisa berangkat kesana
Dam sekarang secara mengejutkan beliau bilang bahwa tahun ini sudah bisa pergi kesana. Jadi kesimpulannya beliau tidak bisa merayakan hari raya disini dengan aku, Mas Adam dan anak anak serta Fara tentunya
"Tadi siang Bapak dihubungi sama bironya Dam, katanya Bapak Ibu sudah bisa berangkat minggu ini, karena orang yang seharusnya berangkat meninggal dunia kemarin" jelas Bapak sambil sesekali membenarkan letak duduk sang cucu yang makin kesini makin gembul dan gak bisa diem itu
"Innalillahi, Bapak sama Ibu belum prepare sama sekali loh" kataku menyela sedikit dengan nada yang terkejut
Gimana gak terkejut, selama menjadi menantu dari Arkansya, aku belum pernah ditingal jauh dan lama sama sekali. Dan sekalinya pergi langsung jauh dan cukup lama seperti ini
"Besok, rencananya Bapak dan Ibu besok mau beli keperluannya. Kamu temenin ya Nin" pinta Ibu menatapku dan akupun menjawab dengan senang hati
Akupun jujur sangat ingin pergi ke tanah suci, tapi mungkin memang belum dipanggil untuk bisa kesana jadinya hanya bisa selalu berdoa agar segera bisa kesana
"Fara udah tau Pak?" tanya Mas Adam yang duduk disebelahku
"Belum, nanti setelah ini Bapak akan telfon dia" kata Bapak singkat
Setelah berbincang mengenai keberangkatan Bapak dan Ibu ke tanah suci yang tinggal menghitung minggu. Kami membicarakan kesibukan satu sama lain seperti hari biasanya dan mengajak berbiacara Niel yang sudah bisa berceloteh sendiri walau tidak jelas
"Kakek sama Nenek mau kemana Bunda?" tanya Uky yang sedari tadi diam bermain puzzle kegemarannya bersama sang ayah
"Nenek sama Kakek mau kerumah Allah Bang" kataku mengelus pipi serta rambutnya yang sudah mulai memanjang
Sepertinya aku harus mengajak ketiga priaku ini untuk segera potong rambut, bukan hanya Uky saja, melainkan Mas Adam dan Niel pun rambutnya sudah mulai memanjang
"Abang ikut" katanya dan beralih duduk didekat sang Nenek dan Kakek kesayangannya
"Nanti Abang perginya sama Ayah dan Bunda, sama Adek juga"
"Sekarang nenek sama Kakek hanya bisa pergi berdua Bang" jelas Ibu dengan meminta Uky untuk berpindah duduk dintara keduanya
"Kenapa? Abang juga mau kerumah Allah, kita pergi sama sama saja Nek suapaya ramai" Pekik Uky dengan semangat menatap kedua Bapak dan Ibu mertuku
"Abang, sini deket Bunda" panggilku pada Uky, dan tanpa harus memanggil dua kali dia sudah duduk didekatku dan memelukku dari samping, akupun membalas pelukannya dan sesekali mencium rambutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Denganmu [END]
ChickLit"Terimakasih mau menerima saya dan Uky dikehidupan kamu Nin, saya yakin kamu yang selama ini saya dan Uky cari" katanya sambil membawaku ke pelukannya, duh kok manis bangeut sih bapak suamiku ihh "Iya mas, bimbing aku dan tegur aku jika salah ya ma...