"Ternyata disini, mas kirain kamu dikamar mandi" kata Mas Adam berdiri disampingku dan merangkulku, akupun menyenderkan kepalaku dibahunya
"Kenapa akhir akhir ini kamu sering melamun disini? Ada masalah?" tanya Mas Adam membalikan tubuhku menghadapnya dan mengelus pipiku lembut
Terhitung sudah seminggu sejak kejadian aku melihat mereka, dan sampai sekarang pun masih sama seperti itu bahkan kadang jumlahnya bertambah
Dan kemunculan mereka bukan semata mata ingin menakut nakuti, melainkan kadang untuk mengingatkan akan hal buruk yang akan terjadi kedepannya seperti sebelum sebelumnya. Itulah yang menjadi pikiranku saat ini
Aku bukan anak indigo yang sejak lahir memiliki kemampuan bisa melihat mereka, tapi ini bermula semenjak kejadian lima tahun lalu ketika usiaku masih sembilan belas tahun
Sampai saat ini kejadian itu masih terngiang diotakku, apalagi jika lampu sedang padam rasanya kembali ke masa itu. Masa yang hampir saja merenggut nyawaku kalau saja aku tidak cepat sadar
Masa yang membuatku menjadi sosok pendiam selama beberapa waktu, bahkan untuk menjawab pertanyaan dan mengangkat wajahku saja sangat susah rasanya, hanya menunduk menggeleng dan mengangguk dengan tangan memeluk leher lah aku menyahuti mereka
Masa yang membuatku trauma akan kegelapan, dan takut untuk keluar rumah saat malam hari, serta menjadi manusia kagetan dan terlalu peka akan lingkungan sekitar. Bukan peka dalam hal perasaan melainkan peka akan tanda panas dipunggung dan leherku
Masa yang akhirnya mempertemukan aku dan Jerry
"Enggak kok Mas, aku lagi pengen aja disini" jawabku memeluknya erat dan mencari posisi ternyaman didada lebarnya, namun tatapanku masih menuju gerbang yang masih menunjukan sosok tanpa badan itu
"Yaudah masuk yuk, nanti masuk angin" ajak Mas Adam padaku
Sebelum aku masuk, aku menyempatkan memandang mereka dan menganggukan kepalaku. Kenapa menganggukan kepala? Entahlah hatiku mengajak seperti itu
Setelah itu kami berbaring saling berpelukan, dan rasa resah dihatiku masih ada, entah apa artinya akupun tidak tau
"Mas" paggilku padanya yang mencium dan mengelus rambutku
"Hmm" gumamnya
"Kalau nanti terjadi apa apa sama aku, kamu bakal kayak gimana Mas?" tanyaku tiba tiba, entahlah aku hanya mengutarakan apa yang ada dihatiku saat ini
Sungguh aku tidak tau kenapa, hanya saja hatiku rasanya mengganjal
"Kenapa bicara seperti itu?" tanya nya heran dan mengangkat wajahku menghadapnya
"Enggak kenapa kenapa" kataku lagi menatapnya sendu
"Mas" paggilku lagi
"Apa? Udah malem sayang tidur, nanti tengah malem pasti bangun nyusuin adek" ucapnya memelukku erat. Meskipun Niel sudah berusia sebulan lebih enam hari, tapi anak itu masih sering mengajak bergadang orang tuanya
"Jodoh, maut dan rezeki Allah yang ngatur kan Mas" aneh rasanya, tapi aku juga bingung dengan diriku sendiri
"Iya, dan kamu adalah jodoh Mas. Tentang maut itu pasti, dan Mas selalu berdoa agar kita diberi umur panjang dan hidup bahagia dengan anak anak" katanya mengelus punggunggu dan menumpukan dagunya diatas kepalaku
"Udah ya tidur, Mas gak mau kamu sakit, Mas tau adek suka rewel apalagi kamu masih ngurusin toko, pasti capek banget kan" ucapnya
"Aku sayang Mas" kataku lirih
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Denganmu [END]
ChickLit"Terimakasih mau menerima saya dan Uky dikehidupan kamu Nin, saya yakin kamu yang selama ini saya dan Uky cari" katanya sambil membawaku ke pelukannya, duh kok manis bangeut sih bapak suamiku ihh "Iya mas, bimbing aku dan tegur aku jika salah ya ma...