25 | Arsen Dan Revan bersitegang

386 64 7
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa tekan bintang di pojok bawah ya gengs.


Subscribe juga Channel youtube aku yang baru aja merintis ini😘

Subscribe juga Channel youtube aku yang baru aja merintis ini😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atau kalian bisa langsung klik linknya di profile ku.

Selamat membaca~~

****

"Ra, gue kebelet pipis nih." Keluh Nala, saat baru saja mendengar bel istirahat berbunyi. Gadis itu bahkan sudah menyilangkan kedua kakinya, dengan ekspresi menahan kencing.

"Oh, ya udah kalau gitu kamu ke toilet dulu. Ntar abis beresin buku, aku langsung susulin kamu."

"Bener ya? awas kalau di tinggal ngantin sendiri."

"Iya-iya. Udah buru sana. Buku kamu biar aku yang beresin." Ujar Maura, lalu segera beralih merapikan buku milik gadis itu.

Tanpa menunggu, Nala segera bergegas pergi. Dia benar-benar sudah tidak tahan lagi.

Maura hanya melihatnya dengan senyum. Tangannya masih terus merapikan satu persatu buku di atas meja--untuk dimasukkan ke dalam tas.

Ketika hampir selesai, ia dikejutkan oleh sebuah kunci yang menggantung tepat di depan wajahnya. Maura sangat ingat, jika kunci itu merupakan kunci milik seseorang yang di tabraknya tadi pagi.

Maura segera menoleh dan terkejut mendapati si murid baru sudah berdiri tepat di sampingnya dengan senyum menghiasi bibir.

"A-ada apa?" Maura bertanya bingung. Tentu saja gadis itu masih sangat ingat siapa Revan. Seseorang yang waktu itu dikatakan Arsen sebagai musuh, dan ia harus menjauhinya.

"Masih ingat kunci ini?"

Gadis itu mengangguk dengan netra melirik sekilas kunci itu, dan kembali menatap Revan.

Revan lalu kembali memasukkan kunci itu kedalam saku, dan beralih mengambil handphone miliknya yang retak di bagian layar.

"Tadi pagi pas nabrak gue.. selain jatuhin kunci, lo juga jatuhin hape gue." Revan memperlihatkan bagaimana kondisi hapenya yang sudah retak di bagian layar, pada Maura. "Sebenarnya gue udah mau manggil lo, tapi.. lo udah keburu pergi."

Maura menatap miris ponsel cowok itu, dengan raut pucat dan membatin, aduh.. gimana ini. Dia.. pasti minta ganti rugi kan?!

Maura sama sekali tidak menyadari jika sedari tadi Revan sedang berusaha mati-matian menahan diri untuk tidak memeluk gadis itu.

Revan hanya tidak ingin rasa rindu dan egonya, membuat hancur segalanya di awal. Jika Revan bertindak gegabah sekarang, dan mengatakan semua kebenarannya, Revan khawatir, Mauranya akan menjadi takut dan akhirnya menjauh atau yang lebih parah malah membenci lantaran menganggap yang Revan ucapkan adalah omong kosong.

Bad ReputationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang