30 | Ide Licik Mengambil Hati

303 44 3
                                    

Double update dari bab 30-31

Kelas sebentar lagi akan usai. Sang guru didepan sana masih sibuk menerangkan mata pelajaran terakhir dengan serius dan sungguh-sungguh.

Tidak sedikit para murid di kelas yang justru mulai mengantuk sekaligus bosan dengan penjelasan sang guru. Kebanyakan dari mereka sering melihat ke arah jam di dinding⸺berharap waktu pulang akan segera tiba.

Galang bahkan sudah tertidur pulas. Kepalanya berada di atas meja. Air liurnya menetes dan berhasil membentuk beberapa pulau tak bernama di meja tak berdosa miliknya. Sebuah buku yang berada tepat didepannya⸺sengaja di taruh dalam posisi berdiri untuk menghalangi pandangan sang guru agar tidak melihat apa yang dilakukanya saat ini.

Reno sendiri terlihat menopang dagu menggunakan satu tangannya⸺sambil melihat kedepan di mana guru menerangkan. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali dirinya menguap. Sialnya saat ini matanya justru terasa mulai berat.

Sementara Arsen, bukannya mendengar dan menyimak apa yang di terangkan sang guru, ia justru sibuk memikirkan bagaimana caranya agar Maura tidak lagi kesal terhadap dirinya. Apalagi setelah kejadian siang tadi, mengenai perkataan kasarnya terhadap Maura.

Arsen benar-benar merasa dirinya begitu bodoh. Untuk apa juga dia pakai acara terpancing emosi dan marah gak jelas. Kalau seperti ini terus bagaimana ia bisa menjalankan rencananya?!

Sial!

Arsen membatin kesal. lalu tidak sengaja pandangannya teralih pada meja Maura dan berpindah ke Revan yang memang tempat duduknya tepat berada di belakang Maura.

Ngapain tuh orang?

Revan terlihat menulis sesuatu di sebuah kertas kecil. Melipat, lalu kemudian memberikannya pada Maura dengan lebih dulu mengetuk bahu kanannya dua kali.

Maura menoleh. Melihat Revan memberinya sebuah kertas, ia langsung mengambil dan membacanya.

'Nanti jadi kan?'

Maura tersenyum. Senyum yang justru membuat Arsen yang melihat semakin penasaran apa isi dari tulisan kertas tersebut. Apalagi saat ia tahu Maura justru membalas dan memberikan lagi kertas tersebut pada Revan.

Cih! Udah kayak bocil aja tingkah mereka. Norak!!

Merasa kesal, Arsen lantas segera mengalihkan pandangannya kedepan dengan wajah bete setengah mati.

Bunyi bel berakhirnya pelajaran terdengar begitu nyaring. Kelas yang tadinya senyap dan hanya di dominasi oleh suara guru yang menerangkan pelajaran, berubah total. Mereka begitu antusias memasukkan buku-buku itu ke dalam tas dan sesegera mungkin bergegas pulang⸺usai sang guru mengakhiri pelajaran.

Suara gaduh membuat tidur Galang terganggu. Ia bangun dan segera megusap jejak air liur di bibir menggunakan punggung tangan. Reno terlihat merenggangkan tubuh lelahnya.

Sementara Arsen, seusai memasukkan seluruh buku-bukunya ke dalam tas, ia segera berdiri untuk menyusul Maura dan Revan yang baru saja keluar kelas.

Hal itu membuat si Galang terheran penuh tanya, "Lah? si kampret ninggalin kita?!"

"Kebelet boker kali tuh anak."

Keduanya lalu beranjak dari tempat duduk untuk menyusul Arsen yang telah keluar kelas lebih dulu.

"Maura!" Arsen berlari mendekati Maura⸺saat baru saja keluar koridor. Nala terheran melihat Arsen yang tiba-tiba berlari menghampiri. Sementara Revan, jangan di tanya. wajahnya jelas sekali menunjukkan rasa tidak nyaman dan tidak sukanya.

"Ada apa?"

Sementara di belakang sana dua teman Arsen yakni Galang dan Reno terlihat sedang mengamati penuh tanya. untuk apa Arsen menghampiri Maura?

"Hari ini, lo pulang bareng gue!" cetus Arsen. Ucapannya terdengar seperti perintah yang harus Maura turuti.

"Kenapa Maura harus pulang sama lo?" Revan yang bertanya. Raut wajah serta nada bicaranya terdengar seperti ingin mengajaknya berkelahi sekarang juga.

"Orang asing diem aja. Gak usah ikut campur!" sarkasnya.

"Elo---" Revan sudah berniat melontarkan kekesalan, tapi Nala menahan dan hanya bisa membuatnya mengepalkan buku tangannya kuat-kuat.

"Aku gak mau!" Maura menolak perkataan Arsen tadi dengan tegas.

"Ini perintah dari nyokap gue!" Karena tidak ingin kalah, Arsen sampai membawa nama ibunya untuk lebih meyakinkannya lagi.

"Kamu pikir aku bakal percaya?!. Aku tadi udah nelfon mama kamu buat izin pulang telat. Dan tante Gadis bolehin kok."

Nala yang berada di samping⸺segera mengangguki.

Kening Arsen berkerut dalam, "Mau kemana emang, sampai izin pulang telat segala?"

"Bukan urusan kamu!" Maura masih teringat perkataan kasar Arsen yang di tujukan padanya saat di UKS. Itu yang membuat sikapnya sekarang jadi seperti ini. Lagi pula, jika di pikir lagi sedari awal ia mengenal Arsen, sikap dan perkataan cowok itu memang selalu tajam sekaligus menyebalkan.

Padahal baru kemarin Arsen menyuruh Maura untuk pulang pergi sekolah sendiri, karena tidak ingin di repotkan terus menerus. Arsen waktu itu juga bilang supaya Maura menjauh dari kehidupannya.

Tapi sekarang...

Maksudnya apa tiba-tiba ngajakin pulang bareng?!

Batin Maura, sembari berjalan pergi sekaligus mengabaikan teriakan Arsen di belakang sana.

"Maura! gue belum selesai ngomong!" Arsen berdecak kesal. "Anjrit lah tuh cewek! Makin ke sini kenapa makin susah buat di baikin ya?! heran gue."

"Ada maksud apa lo, tiba-tiba pengen baikin si Maura?" Reno yang baru saja menghampiri bersama Galang, langsung saja melontarkan tanya penuh curiga.

"Tau. Lo lupa ya, siapa yang udah bikin kita di hukum tadi siang?" Galang coba mengingatkan, kalau saja Arsen lupa. "Elo sih enak. Bisa sukses ngibulin guru dengan pura-pura pingsan. Lah kita..." Yang di maksud Galang 'kita' disini adalah, dirinya dan Reno. "Tai emang tuh cewek!" makinya kesal.

"Kayaknya lo dendam banget ya sama si Maura, gara-gara kejadian tadi siang?!" Reno terkekeh.

"Ya jelas lah. Gimana gue gak dendam. Dia lebih milih ngebela si kampret ketimbang kita!"

"Wajarlah dia bela si Revan. Orang si Revan emang cowoknya." Celetuk Reno.

"Yakin lo, si Revan emang beneran cowoknya? Bisa aja kan selama ini dia cuman ngaku-ngaku."

"Buktinya, dia sampek bela-belain pindah sekolah ke sini, cuman buat balikin ingatan Maura. Itu udah jelas kan?!"

"Tapi kan si Maura belum ingat siapa Revan. Harusnya dia lebih milih bela Arsen lah, kalau emang tau diri cuman numpang di rumah orang."

Arsen yang sedari tadi diam akhirnya bernapas berat. "Dari pada ribut dan cuman ngoceh gak jelas. Mending kalian bantuin gue mikir. Gimana caranya supaya gue bisa deket dan dapetin hatinya si Maura. Gue gak mau ya, kalah dari si Revan."

"Sen, lo seriusan mau ngebalas si Revan lewat Maura? Yakin lo gak akan nyesel entar?" Reno bertanya. Menelisik kesungguhan dari raut wajahnya.

"Nyesel kenapa emang? Justru dosanya si Maura itu udah banyak sama gue. Lo lupa apa sama perkataan jahatnya dia pas waktu SMP dulu? Gak hanya gue yang dia tuduh. Tapi Bokap nyokap gue juga."

Tiba-tiba Galang merangkulkan satu tangannya ke bahu Arsen. "Tenang aja bro. Gue ngedukung lo 100 persen kok buat ngebalas mereka berdua." Lalu kemudian kembali melepasnya.

"Kayaknya.. gue punya ide bagus buat bikin Maura gak jutek lagi sama lo." otak busuknya si Galang tiba-tiba mulai bekerja. Senyum devilnya mengembang di barengi alis mata yang tergerak naik turun dua kali.

"Udah! gak usah aneh-aneh lah. kena karma baru tau rasa lo!" Nasehat Reno⸺yang sama sekali tidak di perdulikan oleh Galang dan juga Arsen.

"Cukup buat si Maura anggap lo sebagai heronya dia. Gue jamin, setelah itu lo bakalan lebih gampang buat deketin dia."

BERSAMBUNG

28-02-2021

Bad ReputationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang