PART 15👊

35.1K 4K 451
                                    

Jangan lupa Vote 🐍
Follow IG: Febby_indahsari
Selamat membaca 🤗

Sudah Shena duga kalau aksinya tadi akan menimbulkan keributan lagi. Kini ia berada dalam ruangan kepala sekolah bersama kedua orang tua Anya dan Kelara. Tidak takut, bahkan Shena memainkan ponselnya saat di nasehati. Sudah lemah, mengadu pula, siapa lagi kalau bukan anak manja?

Shena menulikan pendengarannya saat ibu Anya marah-marah padanya, menurutnya mereka berdua yang salah bukan Shena. Bosan karena mendengar ocehan para orang tua Shena memasang earphone di telinganya.

"Kamu ini tidak sopan!" Orang tua Anya menarik earphone Shena.

"Lo yang gak sopan, orang lagi dengerin musik kok di ganggu!" balas Shena judes.

Kedua orang tua itu kaget dengan bahasa dan cara Shena memperlakukan orang yang lebih tua. Sedangkan kepala sekolah hanya meringis mendengar ucapan Shena.

"Pak! Ini sudah termasuk kekerasan, saya gak terima," ujar ibu Kelara sambil menggebrak meja.

"Santai dong, berisik banget di ruangan orang," cetus Shena.

"Kamu ini gak sopan banget, gak pernah di ajarin ya sama orang tuanya?" tanya ibu Anya.

Shena sangat sensitif kalau ada yang menyebut atau mengina orang tuanya. "Gak usah sok tau!" bentak Shena.

Ibu Kelara berdecih. "Kurang didikan, saya bakal laporin kamu ke polisi!"

"Gak takut, wlee," ejek Shena.

Ibu Anya melotot, baru kali ini ia menemukan gadis seperti Shena. "Mana orang tua kamu, panggil kesini!" Ujar ibu Anya.

"Orang tua saya sibuk, gak kaya kalian yang kurang kerjaan," balas Shena.

"Astaga, pak! Dia anak siapa sih?" tanya ibu Anya emosi.

"Harap tenang, jangan sampai ada kekerasan lagi disini," ucap pak Edgar selaku kepala sekolah.

Shena memutar bola matanya jengah lalu berpindah tempat ke sofa milik kepala sekolah. Lagi, kedua orang tua itu menganga tak percaya. Pak Edgar hanya bisa menghela nafas, ingin menegur pun tak berani karena status keluarga Pradipta.

"Oke kita mulai aksinya," ucap Shena sambil memainkan ponselnya.

Shena mengetik sesuatu di ponselnya, tak lama kemudian group kelas, group sekolah dan media sosial langsung ramai.

Vidio Pembullyan berdurasi satu menit itu di posting oleh Shena. Pembullyan di lakukan oleh kedua anak yang kurang didikan dari orang tua, caption dari postingan tersebut.

Ibu Anya langsung menggebrak meja sedangkan ibu Kelara terlihat sangat lemas. "Berani sekali kamu memposting itu!" bentak ibu Anya.

Shena berdiri lalu tersenyum puas. "Sekarang jelas kan anak siapa yang kurang didikan?" tanya Shena.

Tangan ibu Anya melayang untuk menampar Shena, tapi kepala sekolah lebih dulu mencekalnya. "Diam, duduk kembali dan saya akan mulai bertanya bagaimana kejadiannya," ujar pak Edgar.

Semuanya duduk kembali di kursi, Shena pun duduk si depan pak Edgar.

"Siapa yang mulai pertengkaran?" tanya pak Edgar.

"Seperti Vidio yang kalian lihat, saya datang hanya untuk menolong korban bullying itu," jawab Shena dengan senyuman.

"Tapi kenapa kamu nyerang anak saya juga?" tanya ibu Kelara emosi.

"Itu bentuk perlindungan dari penyerangan anak ibu yang brutal," jawab Shena sambil bersedekap.

"Anya dan Kelara akan saya drop out," ujar kepala sekolah.

S H E N A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang