2 Minggu berlalu...
Shena menjadi gadis yang pendiam, di sekolah pun tidak seperti biasanya. Ia lebih banyak melamun dan menyendiri. Yang biasanya selalu mencari masalah kini memilih untuk diam. Wajahnya terlihat sendu saat menatap rooftop tempat yang biasanya jadi basecamp bersama Alaska. Ia menghela nafas lalu duduk di lantai rooftop yang kotor. Memejamkan mata sambil menikmati semilir angin yang sejuk tiba-tiba memori kenangannya bersama Alaska muncul seperti kaset rusak, hatinya berdenyut nyeri, Shena langsung membuka matanya dan menggeleng kuat, ia tak boleh bersedih terus.
"Come on, Shena," ucapnya pada diri sendiri. Ia mengusap wajahnya lalu bangkit dari tempatnya. Pergi dari rooftop untuk kembali ke kelas.
Saat di koridor orang-orang menatapnya aneh, Shena yang biasanya jalan dengan angkuh kini menunduk lesu. Dan memang sejak 2 Minggu itu, hari ini Shena baru masuk sekolah lagi karena kemarin ia di rawat akibat luka-luka di tubuhnya, terlebih lagi saat itu Shena jatuh dari motor.
Langkah Shena terhenti saat beberapa orang menghadangnya, ia mendongak sejenak untuk melihat orang itu. Malas membuka suara, Shena menunggu mereka yang berbicara lebih dulu.
Tiba-tiba Maudy mendorong Shena dengan kasar. "Fu*k! Kemana aja Lo setelah buat Alaska mati?" tanya kakak kelasnya itu dengan mata yang memerah.
Shena menghela nafas, demi apapun ia malas berdebat.
"Gue diem aja ya waktu Lo rebut Alaska. Tapi kenapa Lo bunuh dia?" tanya Maudy dengan suara yang keras sampai membuat orang-orang terkejut.
Shena bangun sambil mengusap roknya. "Dapet berita dari mana Lo? Gak usah sok tau!" ucapnya.
Plak!
Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Shena. "Lo emang cewek pembawa sial!" hardik Maudy.
Shena menyeringai sambil mengusap pipinya yang terasa panas. "Terserah Lo mau beranggapan apapun. Tapi, bukan gue penyebab kematian Alaska!" setelah mengatakan itu Shena segera melangkahkan kakinya lagi.
Tak sampai disitu, Maudy menarik lengan Shena dan mencekiknya. "Kalau tau semuanya bakal gini, lebih baik dulu gue habisi Lo aja!" ucap Maudy penuh emosi.
Shena terbatuk dengan wajah memerah. "Maaf, maafin gue," isaknya.
Maudy tersenyum senang mendengar Shena meminta maaf padanya. Ia mendorong Shena agar tunduk dihadapannya. "Lo itu pembunuh!" ucap Maudy sambil menginjak jari-jari Shena.
Shena meringis sambil berusaha melepaskan kaki Maudy. "Maafin gue," ucap Shena dengan nada memohon.
Maudy melepaskan kakinya dari jari-jari Shena. Ia tertawa melihat Shena yang sangat lemah sekarang.
Setelah tawa Maudy selesai, kini Shena yang tertawa. Ia bangun dengan tatapan yang sangat mengerikan. "Lo berharap gue minta maaf kaya gitu?" tanya Shena. Ia maju membuat Maudy langsung mundur.
"Lo pikir gue selemah itu?" tanya Shena lagi.
"Kematian Alaska bukan salah gue!" teriak Shena membuat Maudy tersentak. Suara itu membuat orang-orang langsung mengerumuni mereka.
Shena menarik rambut Maudy lalu membenturkan kepala kakak kelasnya itu ke tembok dengan kasar. Maudy berteriak histeris saat kepalanya berdarah. "Lo mau bunuh gue?" tanya Maudy.
KAMU SEDANG MEMBACA
S H E N A [END]
Fiksi RemajaIni kisah tentang Shena Alexandra Raesha. Gadis dengan segala kebrutalan dalam dirinya. Nakal? Sudah pasti. Sombong? Jangan ditanya lagi. Kejam? Jika ada yang mengusiknya. Pandai bela diri? Jangan pernah di ragukan. Kisahnya berawal ketika Shena be...