22.

635 90 8
                                    

Matahari telah menunjukan eksistensinya. Yang berarti hari sudah akan dimulai.

Gue buru-buru membangun kan Unge dan Rinrin untuk mengusir mereka.

Sebab hari ini adalah hari dimana anak kosan akan pergi ke Dufan. Seneng? Banget.

"BANGUNNNN."

Gue teriak karna gue tau mereka gak akan bisa dibilangin baik baik.

"berisik lo."

"Bangun, hari ini gue mau pergi anjir."

"bawel."

2 lawan 1 yang menang siapa? Mari kita lihat.

"ANJRIT DISIRAM. KEBANGETAN BANGET LO JEARA."

iya, gue siram pake air yang ada di kamar.

"MAKANYA BANGUN ET DAH."

"iya iya bangun rese banget dah"

Pada akhirnya gue yang menang. HAHA

**

1 Jam kemudian mereka sudah pulang setelah berdebat mau mandi disini atau di rumah nya masing-masing. Padahal mandi gak mandi juga sama aja.

Jeasix
6 Anggota

Jeara Loeysha
Hari ini jadi kan? XIXIXI

Hening. Tidak ada balasan dari siapa pun. Bahkan yang baca pun tidak ada. Ada apa ini? Apa mereka belum pada bangun ya?

"JAE!!"

Ada teriakan dari bawah, dan gue yakin itu suara bang Sam yang meneriaki Jae.

"ada apa ya? Apa gue turun aja?"

"jae, kita udah ada janji kan sama Jeara kalo hari ini mau pergi ke Dufan?"

"Sam, gue capek. Dan gue yakin lo semua juga capek kan? Kita baru pulang sepagi ini dan lo semua mau langsung pergi lagi? Ke dufan? Gue si ogah."

"Tapi kita udah janji kan? Kalo nanti Jeara sedih lagi gimana? Gue gak mau."

"Jeara, Jeara, Jeara lagi. Sam, inget, lo juga butuh mikirin diri lo sendiri. Kenapa kita harus nyenengin orang lain disaat diri kita sendiri capek? Kalo gak bisa ya gak usah dipaksa. Kita bisa jujur sama dia."

"Tapi, Jae—"

"Sam, kebahagiaan orang lain bukan tanggung jawab lo. Kebahagian orang lain ya milik orang lain, mereka yang harus mencari atau menciptakan kebahagiaan nya sendiri. Kalo lo terus kaya gini gue bisa muak sama lo dan Jeara."

"Jae—"

"Gue ke kamar dulu. Bri, Dean, Willy, lo juga harus istirahat. Dan lo harus dengerin gue kali ini."

"iya bang." jawab mereka serentak dan terdengar bantingan pintu setelah nya.

Jujur, gue kaget banget. Ternyata mereka ribut sepagi ini gara-gara gue. Gue yang sedih, gue yang ingin ke Dufan dan Gue yang sudah sangat Excited menunggu hari ini tiba. Semua ini salah gue. Dan setelah gue curi-curi dengar gue gak bisa apa-apa selain diem.

Tadinya gue berniat nekat pergi ke kamar Jae dan Bang Sam untuk minta maaf. Tapi urung gue lakuin karna gue tau mereka lagi capek.

Akhirnya gue memutuskan untuk masuk kamar. Kalo dibilang sedih, gue sedih. Kalo dibilang mau nangis, gue mau nangis. Tapi, gue gak mau terlihat se-cengeng itu. Ya padahal satu kosan juga tau gue sering nangis beberapa minggu ini.

Tok

Tok

Tok

"siapa ya? Bukannya anak kosan lagi pada istirahat?"

Karena penasaran gue tetap membukanya.

"aduhh, Jeara.."

Itu Dean, di depan pintu gue yang sedang menahan perut nya

"lo kenapa? Sakit perut?"

"Jeara, sorry, kayanya hari ini gabisa ke dufan deh, gue mencret-mencret hari ini." Kata Dean.

Dean, maaf. Gue tau lo lagi bohong kan? Kenapa harus bohong disaat lo bisa jujur? Kenapa harus bohong disaat Jae pun nyuruh kalian buat jujur?

"lo diare?"

"iyaa jearaa, sorry ya, jadi gabisa ke dufan deh."

Dean memasang tampang sedih nya. Terlihat sih kalo sedih nya emang beneran tanpa di buat-buat. Mungkin Dean juga nunggu hari ini tiba.

Ah gak mungkin.
Kan yang nungguin cuma gue.

"kenapa?"

"kan tadi gue udah bil—"

"kenapa lo harus bohong, Dean?"

"maksud lo apa, ra?"

"gue tau. Gue tau semuanya."

"Tau ap—"

"Gue tau kalo kita gajadi ke dufan bukan gara-gara lo diare kan? Gue denger semua nya, Dean. Gue denger kalo tadi kalian sempet cekcok kan gara-gara masalah ke dufan? Gue tau kalian capek, dan gapapa untuk jujur sama gue, yan. Its okay. Gue beneran gapapa kalo kita gajadi ke dufan, gue beneran gapapa kalo kalian lebih mentingin istirahat. Karna itu emang lebih penting."

"Jeara—"

"Dean, Gue gak mau jadi sumber masalah kalian, Jae bener, kalian gak berhak buat bikin gue bahagia, kalian ga berhak buat bikin gue gak sedih lagi."

"Iya, tapi Ra—"

"jujur dari dalam hati gue, kalo gue gak mau Jae sampe muak sama gue, Yan. Apalagi ke Bang Sam. Gue gak mau kalo persahabatan kalian hancur cuma gara-gara gue."

"oke lo tenangin diri lo ya. Pertama, gue minta maaf untuk ga jujur sama lo karna sebenernya gue juga takut. Gue takut untuk tau gimana perasaan lo nanti setelah gue bilang kalo kita gak jadi pergi. Gue takut, Ra. Karna lo udah cukup sedih dan gue gak mau nambahin kesedihan lo."

"Dean makasih lo udah mikirin perasaan gue."

"iyaa, kalo gitu lo istirahat ya."

"Lo juga. Lo gak boleh sampe sakit. Anak-anak lain juga Gak boleh sakit yaa."

"iyaa, Dah. Jangan sedih lagi ya."

Dean meninggal kan gue setelah terseyum manis sembari mengacak rambut gue.

Yang di acak rambut yang berantakan hati. Ea. Canda hati.

 Canda hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note :

Helloo temen-temen.

Aku cuma mau kasih tau sesuatu. Bolehkah kalau kalian komen isinya tentang kritik dan saran tentang cerita ini? Ya atau apalah, asal bukan tentang "lanjut lagi dong."

Kalo boleh jujur baca komen kaya gtu kadang bikin aku tertekan dan kepikiran kalo aku harus lanjut terus cerita ini. Padahal awalnya cerita ini emang mau aku bikin santai aja. Kwkwkw makasi ya buat yg selalu komen di ceritaku😭😗

Btw, kenapa ya cerita ini gak pernah mulus? Kayak....mau bahagia aja susah bener. Heran🙂🔨

Kosan DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang